Always

Anan membuka pintu dengan perlahan, melihat ada Ren dan juga Kayla yang tengah duduk dengan tenang di sofa ruang tamu. Kayanya ni anak berdua abis balik dari ngedate.

“Udah lama Ren?” sapa Anan berbasa basi, dan di tanggapi gelengan dari Ren. “Tante mana Kay?” tanya Anan kemudian pada Kayla.

“Di atas, ngapain?” tanya Kayla penasaran.

“Nanyain soal kuliah offline, buat ketetapan nya mau gimana.” jelas Anan.

“Nginep sini?” tanya Kayla lagi, memastikan karena hari sudah mulai larut malam.

Anan mengangguk, “kalo gue lama ngobrol sama tante, ntar nginep sini kayanya.” ucap Anan menjelaskan, dan langsung berjalan menuju lantai atas.

“Kamu ga nanyain aku nginep sini juga?” tanya Ren bercanda, menggoda kekasihnya.

“Ihh, apasih. Emang kalo mau nginep tidur dimana coba.” jawab Kayla menanggapi godaan Ren.

Sudah setahun sejak Ren dan Kayla menjalin hubungan, yang bahkan Anan sendiri kaget karena tidak menyangka kedua orang itu akan menjadi pasangan kekasih.

Hal yang cukup mengejutkan, karena seantero sekolah mengetahui bagaimana dekatnya hubungan antara Kayla dan Haikal. Dan tidak sedikit pula yang mengira kalau Kayla akan berakhir bersama Haikal. Hidup memang tidak tertebak.

“Eh, di inget inget lagi ini hari kepergian Nada ya Kay?” tanya Ren begitu dirinya membuka room chat dan mengetahui kalau teman-teman nya tengah merencanakan acara untuk menjenguk Nada keesokan harinya.

“Eh?? Lah iya Ren.” ucap Kayla terkejut, “duh kayanya Anan harus fix tidur sini sih.” sambungnya lagi khawatir.

Ren menatap kekasih nya dengan bingung, “udah hampir tiga tahun Kay, kenapa sih?” tanya Ren tidak mengerti.

“Ren, kamu ga tau hal apa aja yang udah di lalui Anan dan Nada sebelumnya. Walaupun Nada udah ga ada hampir tiga tahun yang lalu, tapi aku liat hati Anan tuh masih buat Nada.” jelas Kayla lagi membeberkan keresahan nya. “Kamu ga inget, dua tahun yang lalu Anan sempet ngelakuin hal gila dengan tidur di kuburannya Nada? That's fucking scares me. Dan setahun yang lalu, Anan ngurung diri dia di dalam kamar sampai hampir mau seminggu, dan pada akhirnya dia bisa luluh karena di sadarin Kak Jerome. Aku selalu was-was Ren, kalau bahas soal Nada di depan Anan.” jelas Kayla panjang lebar.

“Kamu tau sendiri kan, Anan udah lebih bisa mengontrol emosinya saat ini. Ga ada yang harus kamu khawatirkan lagi Kay. Yang jaga Anan bukan kamu aja, kita sahabat nya juga jaga dia. Udah ga usah terlalu di pikirin.” ucap Ren menenangkan, sembari merengkuh tubuh kekasihnya.

Anan yang mendengarkan percakapan keduanya sedari tadi hanya terdiam. Ia mengurungkan niat untuk pulang ke rumah hari ini. Dia memutuskan untuk menginap di rumah Kayla saja malam ini.


Anan hanya terdiam melihat layar ponselnya. Masih sama, dengan yang sudah dia aplikasikan dari tiga tahun lalu. Foto Nada yang tengah tertidur di dalam mobilnya.

Bibirnya tersenyum dengan otomatis.

“Masih sama, tetep cantik.” pujinya dalam sepi.

Sudah hampir tiga tahun kepergian Nada, bukan berarti dirinya tidak berusaha untuk melupakan Nada. Ia sudah berusaha untuk melepas bayang-bayang Nada, tetapi semakin dia mencoba, maka semakin kuat bayang bayang Nada melekat dalam ingatannya.

Air mata menetes tanpa sadar, Anan hanya tertawa menyadari kalau dirinya tidak pernah berusaha dengan serius untuk melupakan Nada. Bukan karena dia tidak mau, tapi dia memang tidak bisa.

“Nad, Bunda pernah bilang sama gue. Kalau gue masih meneteskan air mata saat mengingat seseorang, berarti dia masih segalanya.” ucap Anan dengan parau. “Bunda bener Nad, lo masih segalanya bagi gue.” lanjutnya lagi sendu. Selalu seperti ini, hari-hari yang Anan lalui untuk sekedar melupakan Nada hanyalah makin menyakiti hati nya.

Sama seperti malam-malam sebelumnya, Anan akan terus tertidur sembari menggenggam erat ponselnya yang di hiasi satu-satunya foto Nada yang berhasil ia ambil sendiri.