Bab yang Tak Direncanakan

Tulungagung, 2020

Kota ini terlalu terang untuk hatinya yang sedang gelap. Genta menatap layar ponsel yang kosong, hanya ada riwayat chat terakhir dari Nadia yang masih belum ia hapus. Bukan karena masih berharap, tapi karena dia belum siap menerima bahwa yang dulu pernah hangat, kini hanya tinggal nama.

Sudah tiga minggu sejak Nadia pergi. Ke luar negeri. Ke mimpi-mimpinya sendiri. Tanpa pamit. Tanpa alasan.

Dan Genta? Ia tinggal di sini—menjadi reruntuhan dari rencana masa depan yang gagal dibangun.

Di ruang tamu apartemen, suara bundanya terdengar melalui panggilan video. Wajahnya terlihat seperti biasa—tenang, bijak, tapi kali ini ada sesuatu yang berbeda.
Bukan tentang pekerjaan. Bukan tentang kesehatan. Tapi soal hal yang benar benar Genta ingin hindari saat inj.

“Genta, bunda udah ngobrol sama Bu Retno,” katanya, hati-hati. “Anaknya… Aria. Kamu mungkin inget. Dulu sempat main bareng pas kecil.”

Genta menatap bundanya di layar. Jarak ribuan kilometer tak mampu menyembunyikan maksud sebenarnya dari kalimat itu.

“Kamu tahu bunda nggak pernah maksain. Tapi bunda rasa kamu udah cukup dewasa untuk mulai serius mikirin hidup kamu.”

Bundanya memang tak tahu. Tapi sejujurnya pun Genta tak pernah benar-benar membuka luka itu di hadapan siapa pun, tapi seorang ibu selalu tahu. Dan mungkin, dalam logika sederhana orang tua, obat dari kehilangan adalah mengganti.

“Dia guru TK,” tambah bundanya. “Tenang, kalem. Nggak neko-neko. Bunda kenal keluarganya baik-baik.”

Genta akhirnya bicara, suara serak tapi ringan, “Jadi, ini Genta… dijodohin?”

Bundanya tertawa kecil. “Bisa dibilang begitu. Tapi kalau kamu nggak cocok, ya sudah. Cuma ajakan kenalan, kok.”

Ajakan kenalan. Tapi dengan ekspektasi yang diam-diam lebih besar dari itu.

Dan saat video call berakhir, Genta duduk diam. Kepalanya bersandar ke sofa. Lampu-lampu kota masih berkedip di luar jendela, seperti berusaha mengalihkan pikirannya dari kenyataan:
Mungkin… ini bukan tentang siap atau tidak. Tapi tentang mengikhlaskan bahwa cinta tidak selalu datang dari yang kita kejar, tapi kadang muncul dari yang datang menghampiri.

Namanya Aria.
Dan ia akan jadi bagian dari bab baru yang bahkan belum sempat Genta tulis rancangannya.