Bagian dari Arsha

Genta menyikut lengan Arzhan dengan pelan. Kedatangan Gale dan Eja cukup menyita perhatian mereka semua. Pada akhirnya janji berhasil dibuat, dan mereka akan bermain bola volly bersama di gedung olahraga dekat universitas Raka.

Ketika mereka berkumpul di lapangan voli, suasana terasa tegang dan canggung. Pandangan mereka terpaut pada Gale dan Eja, yang membawa kenangan akan Kinara. Arsha, yang biasanya cenderung tertutup dan sedih, tiba-tiba muncul dengan semangat yang baru, mencoba membawa semangat baru ke dalam permainan.

“Eh ayok buru, sini siapa yang mau jadi spiker?” tanya Arsha bersemangat.

“Gue aja Sha.” ujar Farhan mengambil alih.

Pada tim Arsha terdapat Farhan, Nabil, dan Raka. Sedangkan pada tim Arzhan terdapat Gale, Eja, juga Genta. Meskipun awalnya suasana terasa canggung, mereka mulai bermain dengan seru. Melalui setiap pukulan dan melompatan, mereka mulai melupakan sejenak kecanggungan di antara mereka.

Saat istirahat, Gale duduk di bangku sambil menatap Arsha yang sedang berbicara dengan Raka dan Arzhan dengan energi yang luar biasa. Perubahan mendadak mood Arsha membuat Gale sedikit bingung. Ia bertanya-tanya apa yang bisa membuat Arsha begitu bersemangat tiba-tiba, terutama setelah beberapa minggu terakhir penampilan Arsha tidak baik-baik saja.

Tanpa bisa menahan rasa penasaran, Gale akhirnya menghampiri Nabil yang tengah berbicara dengan Farhan. Ia ingin mendiskusikan perubahan mood Arsha yang dinilai tidak biasa itu dengan Nabil.

“Bang, lo ngerasa nggak ada yang nggak beres sama kak Arsha?” ujar Gale, mencoba memulai pembicaraan dengan hati-hati.

Nabil menoleh dengan ekspresi yang penuh perhatian. “Gue sebenernya juga ngerasa gitu. Arsha tiba-tiba jadi semangat banget.”

Farhan mengangguk setuju, “Iya, gue juga mikir gitu. Kayaknya Arsha coba sembunyiin sesuatu, tapi gue nggak yakin apa.”

Sebelumnya telah di lakukan pemeriksaan menyeluruh pada Arsha. Tidak ada yang percaya bahwa seorang anak yang ceria seperti Arsha dalam sekejap memiliki gangguan depresi mayor. Kepergian Kinara benar-benar memukul telak Arsha dari segala sisi.

Gangguan depresi mayor adalah kondisi medis yang serius yang memengaruhi suasana hati, pikiran, dan tubuh seseorang secara umum. Gejala-gejalanya termasuk perasaan sedih yang mendalam, kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas sehari-hari, perubahan berat badan atau nafsu makan, kesulitan tidur atau tidur berlebihan, kelelahan, perasaan bersalah atau tidak berharga, pikiran tentang kematian atau bunuh diri, dan sulit berkonsentrasi atau membuat keputusan.

Sebelumnya Arsha merasa denial atau menolak untuk menerima realitas yang terjadi pada dirinya, termasuk realitas tentang kondisi kesehatan mental nya sendiri. Tentu saja Arsha dengan depresi menolak untuk mengakui bahwa dirinya mengalami masalah mental atau bahwa ia membutuhkan bantuan.

Ini bisa terjadi karena berbagai alasan, seperti rasa malu, ketakutan akan stigma, atau karena mereka tidak menyadari bahwa gejala yang mereka alami merupakan bagian dari gangguan depresi mayor.

Gale menoleh lagi ke arah Arsha yang masih berbincang dengan asyik bersama Eja. Sungguh pemandangan yang baru ia lihat, karena selama kehidupan Kinara dirinya tidak pernah merasakan bahwa kakaknya juga peduli pada sahabatnya.

“Lo kangen sama Kinara nggak Le?” tanya Nabil kemudian, setelah Farhan berpamitan pada dirinya untuk pergi sebentar mengambil air.

Gale tersenyum kecil, “Lebih dari yang lo bisa pikirin bang.”

Special person, gue tau lo nembak Kinara waktu ulang tahun terakhir dia.”

Gale menoleh cepat ke arah Nabil yang masih melihat dirinya dengan seksama.

“Gue juga tau lo kasih hadiah kalung north star buat dia, dan gue juga tau apa artinya. Sebulat itu tekad lo buat dia, jadi apa yang lo suka dari Kinara?” tanya Nabil kemudian.

“Gue suka mata Kinara yang berbinar saat dia bahas soal bintang, gue suka Kinara yang suka bau dari buku, gue suka Kinara yang suka hujan. Gue suka Kinara yang bahkan masih bisa tersenyum padahal dia ga pernah dapat perlakuan baik dari kalian. Gue suka semua itu dari Kinara bang.” jawab Gale dalam satu tarikan nafas.

Nabil terdiam, “Gue kira, lo bakalan jawab semuanya. Lo suka semuanya tentang Kinara.”

Gale tertawa sarkas, “Itu jawaban terbodoh saat lo ga ngerti orang itu dengan baik bang.”

Gale menghela nafas nya dengan pelan, “Yah pada akhirnya memang gue suka segalanya tentang Kinara, kecuali kepergian dia.”