Be Honest

Rara bingung begitu melihat mobil hitam terparkir dengan rapi di depan kontrakannya. Dia mengira kalau Haikal akan membawa motor saja, ternyata malah naik mobil kesini.

“Kal??” panggil Rara sembari mengetuk jendela Haikal pelan. Haikal yang tengah asyik bermain ponselnya sedikit terkejut, karena dia terlalu fokus sedari tadi.

Dengan segera, Haikal membukakan kunci pintu mobilnya supaya Rara bisa masuk kedalam.

“Anjir?? Lo beda banget buset.” ucap Haikal memuji, begitu dirinya melihat dandanan Rara agak sedikit berbeda malam ini.

“Aneh nggak sih?” tanya Rara sedikit canggung karena reaksi Haikal berlebihan.

“Nggak aneh juga, cuma lo better kaya gini sih menurut gue.” jawab Haikal dan mulai menjalankan mobilnya pelan. “Coba lo tiap hari tuh dandan kaya gini, lo keliatan lebih fresh Ra. Pasti lo ga bakalan kalah cantik sama Mona.” sambungnya lagi-lagi memuji. Rara memutar bola matanya malas,

'Haikal ini munafik bener jadi orang.'

“Gue ga munafik ya Ra.” ucap Haikal tiba-tiba.

'WTF?!'

Just in case kalo lo mikir gue aneh aneh di dalam otak lo.” lanjutnya lagi setelah melihat wajah kaget Rara. “Gue cuma berekspresi sesuai dengan hal yang emang nampak di mata Ra. Kalo gue sering ngata-ngatain lo, itu artinya lo emang berbuat sesuatu yang normal buat gue kata katain. Sebaliknya Mona, Rendy, Nathan, bahkan Jordan juga, gue ga memihak kubu siapapun dalam hal ini.” sambungnya lagi panjang lebar.

“Oh wow, sifat lo lumayan rare juga ya Kal.” ucap Rara pada akhirnya dan tersenyum ke arah Haikal. “Lo cuma seneng ngelempar kail buat mancing ikan doang, seterusnya lo ga tanggung jawab soal itu.” sambung Rara lagi, dan membuka pintu mobil.

Haikal ikut membuka pintu, dan keluar dari mobil untuk masuk ke dalam club. “I take that as a compliment.” jawab Haikal sok kegantengan dan berlalu dari sana tanpa menunggu Rara.

“Perasaan itu bukan pujian deh anjirr??”


Sebenernya Rara akui, dia cukup pusing dengan keadaan club saat ini. Beneran dah, udah suara jedag jedug keras banget di tambah lagi lampu yang berlawanan kontras muter muter di segala penjuru arah. Asli bukan style Rara banget.

“Lo kaya orang ilang, asli.” kata Rendy yang kini menatap Rara dengan intens. “Baju lo emang pantes buat masuk sini, tapi gelagat lo kaya anak tk yang ilang di mall sendirian.” sambungnya lagi dan meminum minumannya dengan perlahan.

“Ih apasih Rendy, jangan gitu dong.” sahut Mona cepat, “kasian Rara. Gapapa Ra, ada kita kok, kita bakalan jagain lo disini.” ucap Mona lagi dan memegang lengan Rara.

“Katanya acara kating, tapi ga ada kating sama sekali disini.” ucap Jendra memecah suasana.

“Ini ulang tahunnya Kak Dhea, cewenya Bang Lucas. Jadi satu club di sewa sama Bang Lucas, sisanya terserah sih mau ngapain disini.” ucap Haikal menjelaskan.

“Eh tapi gue kan ga ada kartu undangan. Emang boleh masuk sini?” tanya Rara cemas, sewaktu masuk di pintu masuk tadi, dia hanya membuntuti Haikal aja soalnya.

“Biasanya kalo party kaya gini, acara terbuka sih Ra. Ga masalah kalo ga ada undangan. Yang penting lo masih anak Univ.” jelas Nathan mencoba menenangkan Rara.

“Nath anterin gue nyari dessert dong.” ucap Mona tiba-tiba, sembari menarik lengan Nathan untuk berdiri. “Kasian nih anak-anak, masa cuma minum doang.” sambungnya lagi. Nathan menurut dan mulai berjalan menjauh dari tempat duduk mereka tadi, mengikuti arah Mona menuntunnya.

Rara menatap keduanya yang mulai menjauh dalam diam, Rendy bergeser tempat duduk menjadi di samping Rara.

“Lo sebenernya cantik Ra, kenapa lo ga dandan kaya gini tiap hari sih?” tanya Rendy memulai percakapan dengan Rara. Haikal yang berada tak jauh dari Rendy, menganggukkan kepala setuju.

“Gue tadi juga udah bilang kaya gitu ke dia. Gue bahkan bilang, kalo semisal dia mau dandan kaya gini tiap waktu, si Rara ga kalah cakep kan sama Mona. Iya nggak Ren?” ucap Haikal lagi melempar pendapat pada Rendy.

Of course.” sahut Rendy cepat.

“Gausah ngehasut Rara ya bangsat.” ucap Jendra yang sedari tadi hanya diam saja. “Just Love yourself. Be comfortable with yourself. Don't let anyone shun you for it either Ra.” sambung Jendra dengan tegas.

Rara menganggukkan kepalanya setuju, ini kan hidup dia, kenapa dia harus pusing mikirin pendapat orang lain??

“Btw Ra,” kata Rendy lagi masih belom puas. “Nathan kan selama ini yang paling loyal dan baik sama lo. Lo pernah ada rasa nggak sih sama Nathan?” tanya Rendy lagi sembari mengerlingkan matanya nakal ke arah Haikal.

Rara terdiam mendengar pertanyaan itu,

'Gue suka nggak sih sama Nathan?'