Bertemu
Jisel menyusul Hansa dan Keira yang sudah tiba lebih dahulu di kantin fakultas. Kurang ajar ni sahabatnya, tega beneran ninggalin dia cuma karena udah laper duluan.
Mereka memang baru saja menyelesaikan praktek mata kuliah, tapi karena untuk mata kuliah ini memerlukan dua anggota kelompok, maka Jisel terpental ke kelompok lain dan tidak berbarengan dengan Hansa dan Keira saat menyelesaikan tugas.
“Lo berdua cuma demi makanan tega banget ninggalin gue yang masih praktek??” keluh Jisel begitu dirinya mendatangi tempat duduk kedua sahabatnya.
“Lahh, gue kira lu masih lama. Tadi perut gue beneran keroncongan Sel, jadi gue ngajakin Hansa buat ke kantin duluan.” sahut Keira cepat, tidak lupa memberikan pembelaan untuk Hansa.
Jisel tidak memperdulikan ucapan Keira, dan mulai mengambil tempat duduk persis di sebelah Keira. “Cape banget, belom lagi di waktu terdekat kita ada ujian semester.” keluh Jisel lagi, sembari memakan timun nya.
Keira hanya bisa menepuk punggung Jisel dengan lembut, karena ia juga merasakan keresahan yang sama.
“Nikmatin aja, kita yang dari awal udah sepakat buat memilih ini kan?” kata Hansa bijak, berusaha menghibur Jisel.
Belum selesai tepukan tangan Keira pada punggung Jisel, Keira merasakan tangannya di tarik dengan keras dan kemudian ia sudah tenggelam dalam pelukan seseorang.
'INI SIAPA ANJING MELUK GUE?!'
Tersadar akan posisinya saat ini, Keira mendorong orang yang memeluknya tadi dengan kasar.
“LO SIAPA BANGSAT, MELUK GUE SEENAKNYA?!” teriak Keira frustasi.
Keira tertegun, dirinya terdiam begitu melihat sorot mata lelaki di hadapannya menatapnya dengan pandangan yang tidak dapat di jelaskan.
“Anan? Lo ngapain peluk Keira? Lo kenal sama Keira?” tanya Jisel yang sama terkejutnya bertubi-tubi.
Haikal, Hermas, dan Adelio baru saja sampai di tempat itu setelah berusaha keras membuntuti Anan yang sudah berlari seperti orang kesetanan.
Emang ganteng doang, tapi di waktu tertentu otaknya jadi dongo. Bukannya nyusul pake mobil, malah pada pekok semua ngikutin Anan lari.
Hansa reflek menarik tangan Keira untuk menjauh dari atensi Anan. “Maksud lo apaan peluk sahabat gue? Lo kenal sama dia? Perasaan belom sempet gue kenalin ke lo dan yang lainnya kemarin.” sela Hansa sedikit marah, dia tidak suka seseorang menyentuh Keira lebih dengan alasan yang tidak jelas.
Pada akhirnya keberadaan Anan dan Hansa yang tengah bersitegang membuat seluruh perhatian mengarah pada mereka. Bibi yang biasanya melayani mahasiswa yang mau makan pun sampe ikutan diem, dengerin ributnya Anan dan Hansa gimana.
“Sa udah, mending kita pergi aja dulu dari sini. Ga enak jadi bahan tontonan.” ujar Jisel menyadari situasi.
Setelah Jisel, Hansa, dan Keira telah menjauh dari sana, Adelio mulai mendekati Anan yang masih terdiam membisu. “Mending kita balik dulu ke apartemen gue.” ucap Adelio menenangkan Anan, sok banget padahal hati dia saat ini masih gonjang ganjing.
Hermas menarik lengan Haikal, dan mulai mengikuti langkah Adelio dan Anan yang sudah berjalan jauh di depan.