Canceled

Acara lomba fashion show kali ini berjalan dengan lancar, Rara juga menyadari jikalau acara pada hari tidak jauh berbeda hectic nya dengan acara di kehidupan dirinya sebelumnya.

Setelah acara walk selesai, akan ada sesi wawancara dimana para peserta akan di tanyai mengenai alasan mereka kenapa memilih kostum itu.

Rara sedikit bingung, karena di fikir akan ada jeda sebentar dan dirinya bisa memeriksa apakah ada chat dari Kak Jay atau tidak.

'Lah kalo gue disini, gimana caranya gue ngasih tau soal costume Mona ke Kak Jay?'

“Baik, untuk peserta selanjutnya. Nomor urut sebelas, Mona Grisella. Silahkan maju kedepan.” ucap host mempersilahkan Mona untuk maju dan memegang microphone. “Bisa di jelaskan, apa alasan anda memilih penampilan Wulan pada malam hari ini?” tanya Host itu lagi kepada Mona.

Mona tersenyum kecil dan mulai mengangkat microphone nya mendekati bibir, “Alasan saya memilih karakter Mulan adalah, karena karakter Mulan sangat pantas untuk dijadikan panutan, dirinya mengajarkan bahwa setiap perempuan bisa melakukan dan menjadi apapun yang mereka impikan meskipun banyak orang yang akan meragukan. Mulan juga membuktikan bahwa aturan baku tentang perempuan itu hanyalah omong kosong. Perempuan juga bisa menjadi sosok yang tangguh bisa diandalkan dan tidak hanya dipandang sebelah mata.” jelas Mona panjang lebar.

Rara sontak menegang, karena bagian “Perempuan juga bisa menjadi sosok yang tangguh bisa diandalkan dan tidak hanya dipandang sebelah mata.” itu jelas jelas adalah kalimat dari catatannya.

Kenapa Mona bisa tahu? Apakah Mona menyalin alasan Rara sebelumnya?

Rara mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru panggung, netranya terhenti ke arah Haikal yang juga menatapnya dengan bingung.

Haikal juga sempat membaca catatan yang Rara siapkan ketika tadi ada di ruang tunggu. Seakan memberikan gesture pada Rara, bahwa ada yang aneh.

Tapi hal itu tidak berlangsung lama, karena Rara kemudian juga di panggil untuk maju ke depan setelah Mona selesai berbicara.

Mona melayangkan senyuman sinis ke arahnya.

'What you gonna do?' satu satunya hal yang bisa Rara tangkap dari mimik muka Mona saat ini.

“Baik, untuk nomor urut dua belas Rafaela Ranayla. Apa yang melandasi anda untuk memilih karakter Elsa pada perlombaan kali ini?” ucap Host mengalihkan perhatian Rara sejenak.

Rara terdiam agak lama, sampai seluruh penonton juga juri ikut bingung di buatnya. Di belakang, Mona sudah tertawa terpingkal karena dirinya tahu Rara tidak memiliki apa pun untuk di ucapkan.

“Menurut saya, Elsa adalah karakter yang dewasa.” kata Rara pada akhirnya, “Elsa adalah sosok yang bertanggung jawab, bukan hanya pada dirinya dan saudaranya namun juga kepada masyarakat Arendelle. Selain itu, karakter Elsa digambarkan saling menyelamatkan dan menunjukkan kekuatan wanita.” lanjut Rara panjang lebar.

Rara bernafas lega begitu wawancara dengan setiap peserta berakhir, mereka di berikan waktu selama lima belas menit untuk beristirahat sembari menunggu penilaian dari juri.

Dengan langkah terburu, Rara mengangkat gaunnya yang sedikit panjang menuju tas nya untuk mengambil ponsel. Ingin melihat apakah sudah ada balasan dari Jay.

Belum sampai dirinya turun ke backstage, Haikal sudah menarik tangannya untuk di ajak entah kemana.

“Ra, kalimat terakhir yang di ucapin Mona waktu wawancara tadi. Itu punya lo kan? Kok bisa dia yang ngomong duluan?” tanya Haikal langsung, setelah mereka berada di tempat yang sepi.

Rara menggelengkan kepala tidak mengerti, “kayanya gue kecolongan waktu kita berenam tadi kumpul.” ucap Rara asal, “lo liat sendiri kan, kertas wawancara gue di taroh di meja depan tempat kita duduk. Bisa aja itu kesempatan Mona buat ambil ide gue.” sambungnya ikut pening.

“Gue gatau, kenapa dia bisa selicik itu.” ucap Haikal lagi tidak habis fikir.

“Terus maksud lo seret gue kesini buat apa? Cuma mau gibah doang gitu?” tanya Rara balik, karena dia juga masih ada hal yang perlu diselesaikan.

“Gue agak heran sih tadi sebenernya, waktu lo minta nomernya Kak Jay.” ucap Haikal langsung, “lo mau ketemu dia?” tanya nya lagi.

“Eh?? Bisa?” ucap Rara senang.

Haikal menyipitkan matanya curiga, “lo seneng ya sama Kak Jay? gausah demen, liat level lo seberapa. Ntar jatuh sakit lagi, ngincernya yang spek dewa kaya gitu.” kata Haikal julid.

Rara memukul kepala Haikal gemas, “yakali anjir, udah ayo buru. Kita istirahat cuma bentar kan.”

“Yaudah ayo.” kata Haikal berlalu, tidak lupa menggandeng tangan Rara.

'Ini emang mesti di gandeng gini ya??'


“Kenapa Kal? Kok lo bawa peserta ke sini sih? Kan bentar lagi acara mau mulai.” ucap Jay bingung, begitu melihat Rara dan Haikal berjalan memasuki ruang panitia.

Haikal menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, “gimana ye, gue ngomongnya.” ucapnya bermonolog.

Rara meninju pundak Haikal pelan, “Halo kak, sebelumnya perkenalkan nama saya Rafaela Ranayla.” kata Rara memperkenalkan diri guna untuk berbasa-basi.

“Oh, lo yang chat gue tadi? iya kenapa?”

“Maaf kalo disini pake bahasa non formal ya Kak.” ucap Rara meminta persetujuan pada Jay. Jay menganggukkan kepala, mempersilahkan. “Gue mau to the point aja, kalau ada salah satu peserta yang ikut lomba tapi costume dia tidak sesuai dengan tema yang telah di tentukan oleh panitia Inagurasi.” lanjut Rara panjang lebar.

Haikal ikut menoleh ke arah Rara, dirinya tidak mengerti kalau Rara akan membawa topik seperti ini. Karena dia kira, Rara akan mengatakan perihal kecurangan Mona yang tadi sudah menyontek catatan wawancara dia.

“Maksud?” tanya Jay singkat, meminta penjelasan.

“Tema untuk lomba ini 'Fairy tale' kan kak?” tanya Rara memastikan. Jay menganggukkan kepalanya mengiyakan, “tapi karakter Mulan itu bukan fairy tale.” sambung Rara mantab.

“Bentar, siapa Kal yang jadi Mulan?” tanya Jay pada Haikal yang sedari tadi menyimak pembicaraan mereka.

“Eh, Mona Grisella Kak.” ucap Haikal kelabakan, dirinya tidak menyangka kalau Rara akan membawa permasalahan seperti ini.

“Gimana cara lo jelasin, kalo Mulan bukan termasuk fairy tale? Sedangkan tokoh dia sendiri di angkat ke Disney, which is perkumpulan cerita soal fairy tale.” tuntut Jay meminta penjelasan.

Rara sudah menduga, kalau akan ada rekasi seperti ini. “Mulan, in 1998 and now, is based on an ancient Chinese legend. Not a fairy tale. Her story was commonly known across Asia long before Disney’s animated feature, and it’s that story (as much as the animated feature) that makes up the inspiration for the new film.” jawab Rara dengan tegas.

Jay menyibak surai nya kebelakang, apa yang di katakan Rara cukup membuatnya bimbang.

“Gue ga nakut nakutin actually, tapi untuk jaga-jaga kedepannya kalau ucapan gue saat ini ga di percaya.” sahut Rara lagi memecah suasana, “kalau pada akhirnya Mona yang bakalan menang, pasti setelah kemenangan dia akan ada pro dan kontra dari berbagai pihak, dan pasti pada akhirnya akan berimbas ke panitia juga. Tema untuk lomba Fairy tale bukan Disney, dari sini aja udah ada perbedaan kan? Pasti di fikiran mereka, kok bisa sih panitia kebobolan hal basic kaya gini.” sambung Rara final.

Haikal yang berada di samping nya sedari tadi, hanya bisa mengerjapkan mata tidak percaya. Wanita di sampingnya ini, baru saja mengancam lelaki yang paling galak seantero kampus.

“Okay, saran lo gue terima. Habis ini bakalan gue diskusiin sama juri.” jawab Jay menyanggupi permintaan Rara, “tapi bukannya Mona itu anak manajemen juga ya? Kok lo malah ngejatuhin temen satu prodi lo sih?” tanya Jay setelah sadar.

Rara tersenyum kecil, “kita emang satu prodi, tapi namanya kompetisi tetap kompetisi. Siapa sih yang gamau gelar juara?” tanya Rara realistis ke arah Jay.

Jay tertawa sembari bertepuk tangan, ucapan Rara sungguh menghibur dirinya.

“Kalo lo ga menang gimana?” tanya Jay balik, mencoba untuk menyudutkan Rara.

“Ga ada penyesalan, at least gue udah berjasa buat kepanitian Inagurasi tahun ini. Dan itu udah cukup buat gue merasa senang.” jawab Rara dengan percaya diri.

“Jawaban lo memuaskan.” ucap Jay masih tertawa, “lo ada keinginan lain nggak, yang bisa gue kabulin selain jadi juara? gue mau kabulin karena lo udah buat gue ketawa hari ini.” lanjutnya sembari menepuk pundak Rara pelan.

CCTV.”

Sorry?

“Gue minta CCTV lantai empat. Masih ada hal yang perlu gue selesain dan itu butuh bukti dari CCTV.”