Confess
Keira menatap pemandangan di sekitarnya dengan bingung. Beneran kaya orang pacaran mereka berdua mah. Udah meja sama kursi berduaan, belom lagi nuansa pink dan love menghiasi seluruh penjuru ruangan. Cafe apaan dah ini anjir.
Kalo kata Yohan, ini salah satu cafe elite yang ada di Malang, dan mostly banyak pasangan kondang yang berdatangan ke situ. Karena selain tempatnya strategis, juga banyak hidangan aesthetic yang pastinya menjadi kegemaran oleh pemuda masa kini.
Ya masalahnya, mereka berdua bukan pasangan. Dan Keira sendiri merasa kalau yang Yohan lakukan kepadanya ini lumayan berlebihan dengan mengajaknya ke cafe pasangan seperti ini.
Satu pop-up muncul di ponsel Keira, yang berasal dari Haikal.
Keira mengerutkan keningnya, ni anak minta shareloc udah kaya ngajak gelud gini. Ada apaan sih? Tapi Keira fikir, itu juga lebih bagus kalo ada Haikal disini. Siapa tau suasana canggung nya bakalan mereda kalau Haikal beneran nyamperin kesini.
Satu notifikasi kembali hadir di jendela pop up nya, Keira yakin kalau itu masih dari Haikal. Tapi kali ini, dirinya membiarkan notifikasi itu, dan lebih berfokus pada Yohan yang tengah asyik bercerita tentang keseharian nya mengajar anak-anak berlatih karate. Biar lebih menghormati aja, Keira juga ga mau kalau dia lagi ngomong malah di tinggal maen hape.
“Terus suatu hari, gue pernah dateng telat kan Kei. Lucunya anak-anak yang lain ga ada yang berani tegur gue. Ternyata rasa takut mereka sebesar itu ke gue, gue ga nyangka kalau selama ini gue terlalu keras sama mereka.” Ujar Yohan bercerita dengan semangat, “pada akhirnya, gue adain evaluasi dan bilang kali ini kalau ada yang telat even senior sendiri tegur aja. Senior terlambat, itu juga konsekuensi dia. Dan mulai saat itu, gue rasa hubungan gue bareng junior yang gue pegang lumayan nyatu lagi.”
Keira mengangguk angguk, mengerti. “Beneran sih Han, emang dalam beberapa kondisi, pressure seseorang yang tingkatannya lebih tinggi cukup mempengaruhi dalam sebuah hubungan.” kata Keira setuju.
Yohan bahagia, dirinya tidak menampik kalau ini adalah salah satu kegiatan paling membahagiakan dalam hidupnya. Bisa duduk bersama dengan seseorang yang mungkin kedepannya akan menjadi orang spesial dalam hidupnya, dan bisa bertukar cerita seperti ini. Ini termasuk hal baru bagi dirinya, walaupun sebenarnya banyak wanita lain yang memang memiliki niat untuk mendekatinya tetapi selalu ia tolak.
“Minuman lo beneran red velvet?” tanya Yohan memastikan, begitu salah satu pelayan menghampiri meja mereka dan meletakkan dua pesanan minuman.
“Iya, udah dari dulu gue suka red velvet.” ucap Keira jujur. Dirinya tidak perlu menyembunyikan hal seperti ini kan?
“Lo beneran mirip sama orang yang gue kenal, beneran serupa tapi gue fikir kalian ga sama.” ujar Yohan setelah menyelesaikan keterkejutan nya.
“Siapa? Nada?”
Mata Yohan kembali melotot kaget, tidak menyangka kalau Keira akan berkata blak-blakan seperti itu kepadanya. “Lo udah tau Nada?!” tanya nya serius.
Keira mengangguk perlahan, “Ya gue taunya dia pacarnya Anan doang sih, dan emang mirip gue.”
Yohan berdecih kecil, “pacar apanya.” gumamnya pelan. “I could be a better boyfriend than him.“
“I could do the shit that he never did.”
“Hah??” tanya Yohan kebingungan mendengar ucapan Keira.
“Lah lo lagi nyanyi kan? Ya itu gue lanjutin liriknya. Abis, I could be a better boyfriend than him. Part nya lanjut ke I could do the shit that he never did.”
Yohan tertawa terpingkal, “kocak banget lo Kei hahahahaha.”
Justru kini Keira yang bingung, “Beneran ga nyanyi dong tadi berarti?”
Yohan mengangguk kecil, “Terserah lo mau anggap apapun itu. Gue gapapa.”
'Ih anjing, jangan flirt ke gue bangsat. Gue cuma temen luuu.'
Berikutnya, suasana di antara keduanya cukup sepi karena mereka juga masih menikmati beberapa makanan yang sudah di pesan. Yohan terkekeh kecil begitu melihat satu serpihan kue tertempel di pipi bagian kanan Keira. Dengan sigap, Yohan mengambil serpihan kue tersebut dan membuat tubuh Keira tegang karena kaget.
Dengan segera Keira menampik tangan Yohan, dan mengusap pipinya kasar. “Ada kue nya ya? Hahaha makasih.” ucapnya canggung.
Yohan melirik Keira sebentar, dirinya mengerti kalau tubuh Keira mungkin melakukan penolakan karena kaget tadi.
“Kei, what are we?”
Keira mengerutkan keningnya tidak mengerti, Yohan tiba-tiba menanyakan hal seperti itu padanya. “Hah? Friends of course.”
“I want more.”
“Friends level two?”
“Hahahaha, lo sama lucunya ya ternyata. Maaf, okay gue bakalan to the point kali ini. If you’re really-really not in rush, May I offer my self to be your soon sweet boyfriend?”
“Boifran boifren matamu picek!!“
Haikal berjalan dengan cepat menuju keduanya. Keira yang belum selesai keterkejutan nya karena Yohan tiba-tiba mengutarakan perasaan kepadanya, makin terkejut karena Haikal datang di waktu yang tepat dan memotong sesi serius antara dirinya dan Yohan.
“Haikal??”
“Lo gapapa Kei?” tanya Haikal cepat, dan melihat seluruh anggota tubuh Keira dengan seksama. “Masih utuh, aman.”
“Apaan banget dah nanya lo, kaya gue mau mutilasi si Keira aja.” kata Yohan sinis, karena Haikal merusak kegiatan nya dengan Keira.
“Lo kan emang gila, gue gatau seberapa gila lo sampe bakalan ngelakuin hal itu juga.”
Yohan makin tersinggung.
“Sebelumnya bentar, Kal lo mundur dulu. Gue masih ada urusan sama Yohan.” Kata Keira kemudian, menengahi pertengkaran antara Yohan dan Haikal.
Yohan tersenyum menang, “gimana Kei?”
“Sorry sebelumnya Han, but can we just be friends?”
Senyum yang ada di wajah Yohan luntur. “Kenapa Kei?”
Keira bengong, ga ngerti yang ada di fikiran nya Yohan apa. “Ya kenapa apanya? Masa gue harus kasih alasan?” tanya Keira balik.
Yohan menelan ludahnya pahit, “maksud gue, apa yang kurang dari gue Kei? Gue bisa kok jadi-”
“Yohan, stop anjir. I want male friends, but why then y'all do weird shit like catching feelings? Lebih dari itu, lo juga gue anggap teman karena lo senior adek gue di karate. Ga lebih Yohan.” ucap Keira kemudian, meledak ledak. Keira dengan segera mengemas beberapa barang bawaannya, cukup sampai disini mungkin agenda antara dirinya dan Yohan sebelum semuanya berubah makin rumit.
“Lo ga ada malunya ya Han, pertama lo sembunyiin Keira, kedua lo nembak Keira? Gila obsesi lo tentang Nada dari dulu ga pernah berubah.” ujar Haikal memprovokasi.
Keira hanya terdiam mendengar perdebatan antara keduanya saat mengemas barang. Mau gimana pun, keduanya udah berteman jauh sebelum Keira bertemu dengan mereka. Maka dari itu, perdebatan ini bukanlah hal yang dia bisa masuki dengan sesuka hati.
“Gue obsesi sama Nada? Hah, terus gimana lo anjir?? Lo ga ngaca dengan diri lo sendiri.” jawab Yohan tak kalah menggebu. “Kei, lo harus tau. Nada, yang lo bilang cewe Anan, dia saudara Haikal sama Hermas yang udah ga ada.” sambungnya lagi dan menarik tangan Keira untuk mendengarkan keseluruhan nya.
“Diem lo bacot!!”
“Alasan kenapa Haikal dan yang lainnya approve lo dan circle lo masuk ke circle mereka, semata mata karena lo mirip Nada. Mereka ga pernah tulus sama lo, dan mereka cuma anggap lo sebagai duplicate Nada.” sambung Yohan masih tak gentar.
Tangan Keira bergetar, dirinya begitu kaget mendengar penjelasan Yohan barusan. Hati dia beneran tertusuk, karena Haikal lah yang beneran dia bahagiakan dalam jalur Keira dalam mendapatkan teman.
“ANJING LO BANGSAT!”
“KAL DIEM!” Bentak Keira kemudian, dirinya melihat Haikal yang kini sudah mencengkram kerah leher Yohan dengan keras. “Selama ini, lo anggap gue sebagai pengganti Nada? Jadi selama ini lo emang sengaja deketin gue, karena gue mirip saudara lo?” ujar Keira dengan suara bergetar, menahan tangis. “Oh ga cuma lo ternyata, semua sahabat lo juga gitu kan? Gue tiba-tiba inget abang lo, Jerome. Dia pasti juga berfikiran kalau gue Nada?”
“Kei, ga gitu...” suara Haikal melembut, mencoba membujuk Keira. Dirinya beneran frustasi kali ini.
“Gue, hidup mewakili diri gue sendiri brengsek. Gue bukan Nada.” kata Keira penuh penekanan, sebelum bergegas pergi dari sana meninggalkan keduanya.
“Lo beneran anjing Han, ga salah dari dulu gue ga pernah bolehin Nada deket deket sama lo even cuma tegur sapa doang.” ucap Haikal final, sebelum dirinya ikut pergi dari sana meninggalkan Yohan yang hanya terdiam.