Diary 02

** FLASHBACK **

Arsha menangis seperti bayi di tanah sebelah Kinara. Sudah begitu lama waktu terlewati, dan Arsha masih menangis keras hingga air matanya tidak berhenti terjatuh. Yang lainnya juga merasa hampa, kesepian, dan tertekan sepeninggal Kinara.

Hal yang paling besar terjadi pada Arsha, hatinya penuh kemarahan, kebencian, kesedihan, dan rasa bersalah. Ia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri karena tidak bisa melindungi satu satunya adik perempuan yang ia cintai dan sayangi di dunia ini.

Arsha kehilangan orang yang baru saja ia sadari bahwa kehadirannya penting di hidupnya. Orang yang bisa mengerti dirinya jauh lebih baik bahkan di banding saudara kembarnya sendiri. Orang yang telah lama terluka karena selalu ia tekan dengan ego nya.

Arzhan sudah menunggu saudara kembarnya sedari tadi, tapi Arsha sendiri enggan untuk bangkit dari duduk nya dan pulang ke rumah bersama yang lain.

Arzhan bisa mengerti hal itu, tetapi dirinya juga memahami perasaan Arsha. Bukan dirinya tidak bersedih atas kepulangan Kinara, ia sedih, hatinya hancur, tetapi di bandingkan perasaannya, penyesalan Arsha karena tidak bisa bertemu Kinara hingga saat terakhir lebih besar.

“Sha bentar lagi hujan. Kinara suka hujan, tapi kini dia bahkan ga akan bisa lagi menari di bawah hujan. Gue harap, dia bahkan bahagia di atas sana tempatnya hujan berasal.” ujar Arzhan kemudian, menepuk pundak Arsha dengan tabah.

Kemudian Arzhan membujuk Arsha yang sebetulnya masih enggan untuk pergi dari sana. Arzhan terpaksa melakukannya, karena ia tahu jika di biarkan bahkan Arsha akan membiarkan hujan menerpa badannya.

Kehilangan adalah bagian yang tak mungkin terpisahkan dalam kehidupan, dan Arzhan tahu betul akan hal itu. Dan kadang-kadang penyesalan lah yang akan menjadi bagian dari proses penyembuhan itu sendiri.