Diskusi
Haikal terduduk pasrah di sofa ruang tamu, dengan Hermas yang ada di sampingnya. Sebenernya ga sampe harus di bawa rapat kaya gini sih, tapi si Jeffery sama Jerome dari tadi mereka berdua pulang rewel mulu. Dan juga, Delvin yang justru melebarkan hal ini pada Candra sehingga mereka semua harus berkumpul untuk membahas hal yang ga penting kaya gini.
“Keira, serius dia siapa?” tanya Jerome mengawali pembicaraan.
Haikal mengerutkan keningnya, “Keira ya Keira lah, lo emang berharapnya dia siapa anjing?” ucapnya kesal.
Candra yang melihat raut wajah Haikal menjadi tidak enak, padahal semua orang rumah tau betul kalau Haikal mungkin adalah orang terakhir yang bakal marah beneran soal hal apapun, mencoba untuk menengahi keduanya.
“Sebenarnya abang ga maksud apapun dari perdebatan kalian berdua. Abang kesini karena Delvin bilang, abang di suruh dengerin ini. Jadi ada baiknya, sebelum menjelaskan sesuatu ayo di ceritakan dari awal kaya gimana.” kata Candra bijak.
Haikal menghela nafas lelah, percuma juga dirinya menengok pada Hermas karena anak itu jelas tidak akan membantu apapun dalam kondisi ini.
Dengan setengah hati, Haikal kemudian mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan akun instagram Keira pada seluruh saudaranya.
Jonathan yang sedari tadi terdiam di samping Tiyo, melihat foto yang di publish di akun Keira dengan tidak percaya.
“Nada??”
“Baca lah anjir, orang uname nya Keira gitu. Gimana bisa lo bilang itu Nada.” sahut Haikal kesal.
“Tadi semua orang pada bondong-bondong chat gue karena liat postingan Keira lewat di laman twitternya kalian kan? Awal mulanya itu karena Anan salah mengira kalau Keira itu Nada, makanya keadaan jadi chaos kaya gitu. Keira sempet klarifikasi, karena banyak orang yang ga di kenal nyenggol dia lewat base kampus, makanya sama base kampus kemudian di reetwet supaya pada bisa baca.” jelas Haikal panjang lebar, rasanya dia kaya lagi presentasi.
“Tapi Keira mirip-”
“Perihal hal itu, bang Wen.” potong Haikal cepat, “orang punya banyak kembaran yang menyebar di muka bumi ini. Lo aja kadang-kadang juga mirip bang Jeffery. Walau pada kenyataannya lo emang kembarannya.”
Delvin hanya terdiam mengawasi gerak gerik Haikal yang sedari tadi terus terusan menekan pendapatnya di antara yang lain, soal Keira yang bukan Nada.
Walaupun pada kenyataannya, hal itu memang masuk akal karena Delvin yakin Haikal tidak ingin membuat saudaranya yang lain berharap lebih tentang persoalan Nada.
“Lo ga shock liat Keira pertama kali?” tanya Delvin kemudian.
Hermas melirik Haikal yang hanya terdiam. Oke, jadi ini giliran dia untuk mulai menjawab.
“Jujur, gue merinding sekujur tubuh waktu itu. Bahkan pulangnya gue sempet meriang.”
“OHH JADI LO DEMAM WAKTU ITU GARA-GARA KETEMU KEIRA KEIRA INI PERTAMA KALI??” potong Tiyo.
Hermas mengangguk, “Haikal akhirnya tidur di kamar gue karena takut gue butuh apa-apa tapi ga bisa ngambil, sedangkan saat itu keadaan gue lagi ga fit.” jelasnya lagi.
Candra menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Dirinya perlu berfikir cukup keras untuk saat ini. Sejauh yang ia dengar tentang penuturan kedua adiknya, apa yang mereka berdua bilang memang cukup masuk akal. Tidak ada alasan lebih lanjut untuk mereka menyelidiki lebih dalam tentang siapa itu Keira, ya karena Keira adalah Keira. Ia bukan Nada.