GATAU, POKOKNYA BERANTEM

Jisel ga bohong kalau habis dirinya dan Keira menghadap Pak Ridho, ia ingin bertemu dengan Mita. Beneran di labrak lah, gila aja enggak.

Tapi yang tadi katanya mau di buat babak belur masih belum ada pergerakan nya. Keduanya masih adu bacot, dan Keira hanya berada di sana diam menyaksikan keduanya di barengi oleh banyak mahasiswa lain yang juga ikut penasaran dengan apa yang terjadi.

“Masalah lo sama gue apaan gue tanya ha? Lo kalau mau bersaing masalah nilai, pake cara yang sehat dong. Murahan banget pake segala ga cantumin nama gue di essay.” kata Jisel menggebu gebu.

Keadaan semakin panas, begitu Keira melihat Haikal dan kawan-kawan berlari menghampiri dirinya untuk turut ikut menonton perkelahian yang tengah terjadi.

“Udah lama Kei?” tanya Dinan di sampingnya antusias.

Keira memutar bola matanya malas, udah berasa kaya nontonin adu ayam jago gini.

“Gacoan gue Jisel, pasti menang! Abis sama Hermas aja dia berani, gimana sama yang lain.” sahut Hengky tak kalah senang.

Hermas dan Anan ikut memasuki gedung. Dapat Keira lihat dari sudut matanya, Mita melihat Hermas dengan pandangan memuja.

'Wah tau gue nih, pasti ga cuma masalah nilai doang. Si Mita pasti juga demen sama si Hermas.'

“Yaudah lah gitu doang, ngapain di gede gedein sih? Caper ya lo.” jawab Mita kemudian, setelah terdiam lama.

Jisel sudah bersiap untuk berlari menerjang Mita dan mencakar wajahnya, sebelum Hermas tepat berada di belakangnya dan mengangkat tubuhnya ke atas untuk menjauhkan Mita dari jangkauan Jisel.

“Gausah jadi reog.” kata Hermas singkat.

Semua yang disana diam, Haikal yang tadinya cengengesan nonton orang berantem, begitu ngeliat saudara kembarnya sampe mau turun tangan ikut bingung. Ini sebenernya Hermas sama Jisel beneran udah officialkah?

Keira mengulum senyum, tadinya dia fikir mungkin ini cinta segitiga. Tapi melihat kesigapan Hermas dalam meng-handle kemarahan Jisel, dapat dirinya simpulkan kalau disini sebenarnya Jisel menang telak.

Seru banget dah masa remaja nya, bisa liat hal hal kaya gini yang sebelumnya belom pernah dia rasain. Mahasiswa yang lain berangsur-angsur bubar setelah mendengar teguran dari Adelio dan Ren yang memang lebih sigap dari teman temannya yang lain, yang lebih bahagia melihat keributan.

Hermas memegang pundak Jisel, dan mengajaknya untuk ikut pergi dari sana. Tepat sebelum Mita yang melemparkan iPad yang sedari tadi di genggamnya ke arah Jisel dan Hermas.

Ya anggap aja Keira goblok, justru dirinya yang sok sokan maju dan berusaha menangkap iPad tersebut sebelum mengenai Jisel dan Hermas. Sayangnya aksi heroik nya itu, justru meleset dan iPad tetap melesat mengenai kepalanya.

“GILA YA LO!!” teriak Anan dan berlari menghampirinya yang sudah jatuh terduduk.

Keira tidak menyangka, kalau benda pipih itu akan sangat menyakitkan ketika terkena kepalanya. Udah lah, gausah lagi dia sok sokan mau jadi pahlawan kesiangan gini. Jadinya malah kena sial nya juga kan dia.

“Kei, gapapa??” tanya Hansa dan ikut memegang tangan Keira yang tengah memegang kepalanya sendiri.

“Udah, bawa ke UKK dulu ayo!” kata Haikal ikut menimbrung.

Dan saat kalimat nya berakhir, pandangan Keira menghitam. Keira mendengar orang-orang berteriak kaget memanggil namanya. Keira juga merasakan tubuhnya di angkat dalam sebuah gendongan yang terasa hangat. Sampai dirinya benar-benar kehilangan kesadarannya.


“Gila sampe biru gitu dahi nya.” kata Haikal sembari menunggu Keira untuk sadar di ruang UKK.

Jadi setelah Keira pingsan tadi, dengan sigap Hansa langsung gendong anaknya untuk di bawa ke UKK. UKK nih kepanjangan dari Unit Kesehatan Kampus, ya intinya mirip-mirip dikit lah sama UKS.

Buat Mita, gatau deh kayanya sekilas yang Haikal lihat, Jisel langsung gebukin anaknya. Haikal bergidik merinding, Jisel udah mirip banget sama Ronda Rousey. Ga akan kayanya dia coba jailin Jisel, kalau masih pengen badan nya utuh.

“Kepala gue pusing banget anjing.” kata Keira lemas, mengagetkan keduanya dan mencoba duduk dari ranjang UKK. “Kasih minum gue dong buset, haus banget udah kaya lagi dehidrasi nih.” keluhnya lagi, dan meminta segelas air putih yang berada di samping Haikal.

“Duh, lagian lo tuh ada ada aja anjing. Kenapa sih pake loncat mau nangkep iPad nya segala?? Untung aja kepala lo ga bocor.” sanggah Haikal cerewet, makin membuat Keira pening mendengarkan nya.

“Aduh, lo kalo ngomong terus mending keluar aja deh.” sela Keira cepat, “pusing gue denger ocehan lo.” sambungnya lagi.

“Masih sakit yang ini?” tanya Hansa dan menyentuh lembut dahi Keira yang memar.

“Perih, dikit. Tapi kepala gue masih ngilu asli.” ujar Keira jujur.

“Gapapa, ntar minum parasetamol.” jawab Hansa, menenangkan. “ Btw, lo sebelum nya udah pernah cedera kepala kah? Sorry gue ga sopan, tadi gue liat ada bekas jahitan di kepala lo bagian tengah.” sambungnya lagi membuat Keira terdiam.

Haikal yang ada di sana juga terdiam, memasang telinganya lebar lebar untuk mendengarkan apa jawaban yang akan keluar dari mulut Keira.

“Gatau sih, kata keluarga gue, gue dulu pernah kecelakaan dan buat ingatan gue hilang setengahnya. Jadi setelah kecelakaan kali itu, gue hanya ingat kehidupan gue yang lagi berjalan sekarang. Ingatan yang sebelumnya ga ada, ilang semua.” jawab Keira setelah terdiam lama.

“Lo ga pernah coba buat kembaliin ingatan lo di masa lalu kah?” tanya Haikal pelan, dan mencari tatapan Keira.

Keira menoleh dengan heran ke arah Haikal, “maksud lo?”

“Lo apa gamau cari tau ingatan masa lalu lo gimana?”