Genta

Kinara kembali duduk pada ruang tunggu pasien, tepat depan kantor pribadi milik dokter Hanan.

Mama nya? Mama nya sudah memasuki ruang dokter Hanan kurang lebih tiga puluh menit sedari tadi.

Hal yang bisa Kinara lakukan hanyalah menoleh ke arah kiri dan kanan, sembari menghilangkan rasa bosan menunggu mama nya selesai dengan urusannya berbincang dengan dokter Hanan.

“Kakak sakit?” Tanya salah seorang anak kecil, menggunakan baju pasien mencolek lengan kirinya.

Kinara sedikit terkejut, dirinya tidak menyangka kalau bisa ada anak kecil berada di hadapan nya saat ini.

“Kamu kok bisa disini? Kamu dari bangsal mana?” Tanya Kinara balik, bingung.

“Kakak cantik deh, mata kakak berbinar-binar.” Oceh anak kecil itu lagi.

Kinara tersenyum geli, ucapan anak tadi cukup membuat hatinya terhibur.

“Adek siapa namanya?” Tanya Kinara kemudian. “Nama kakak, Kinara.” Sambungnya lagi, dan menjulurkan tangan hendak bersalaman.

Anak kecil tadi menyambut uluran tangan Kinara dengan senang. “Nama aku Genta. Genta tadi jalan kesini, soalnya bosan. Di bangsal tempat Genta di rawat, gak ada anak kecil yang bisa di ajak main.” Jawab Genta dengan pelafalan yang lambat.

Kinara tertawa kecil, tangannya bergerak mengusap rambut Genta yang di potong layaknya tentara. “Genta sakit apa sayang?” Tanya Kinara lagi.

Genta menggeleng, dan berlari menjauh dari Kinara. Kinara hendak mengejar Genta, sampai dirinya menyadari bahwa mama nya juga baru saja keluar dari ruang dokter Hanan.

Kinara terheran melihat kondisi mama nya yang terlihat pucat saat ini. Dokter Hanan yang mengekor di belakang mama nya, ikut tersenyum pada Kinara.

“Wah, Kinara masih pakai seragam sekolah. Kinara tadi langsung kesini ya sehabis pulang sekolah?” Tanya dokter Hanan ramah.

Kinara menganggukkan kepala, dan membalas senyum dokter Hanan.

“Jadi langkah pemeriksaan terakhir yang dapat dilaksanakan adalah pemeriksaan histopatologi yaitu pemeriksaan mikroskopis jenis dan level keganasan tumor dari bahan jaringan yang diambil melalui tindakan biopsi ya bu Miya . Biopsi dapat dilakukan secara terbuka maupun tertutup seperti yang sudah kita diskusikan tadi.” Jelas dokter Hanan lagi.

Kinara mengorek telinga nya, takut takut salah mendengar apa yang baru saja di ucapkan oleh dokter Hanan.

Tumor? Biopsi? Dua kata yang terdengar begitu asing pada telinga nya, kali ini di sebut dengan gamblang.

Tangan mama menggengam tangan Kinara dengan erat. Dapat Kinara rasakan, bahwa tangan mama yang tengah menggenggam nya sangat dingin saat ini.

“Besok bisa saya jadwalkan pertemuan lagi untuk membahas secara komprehensif melalui forum diskusi multidisiplin yang melibatkan beberapa dokter spesialis ahli tumor diantaranya spesialis onkologi ortopedi, radiologi, patologi anatomi. Terima kasih karena sudah mau bekerja sama untuk hari ini.” Ucap Dokter Hanan lagi, dan berlalu dari sana meninggalkan Kinara dan mama nya dalam diam.