Giselle Naomi

Gina keluar dari mobil mengikuti kakaknya Farhan, yang sudah lebih dulu keluar. Mereka berhenti di pom bensin untuk beristirahat sejenak. Baru empat jam perjalanan, dirinya yang berangkat dari Tulungagung baru sampai di Malang.

Farhan memang cenderung diam, dan Gina tahu hal itu dengan jelas. Dalam setahun pun ia hanya bisa melihat Farhan berbicara banyak hanya saat lebaran tiba. Itupun Gina simpulkan kalau Farhan terpaksa melakukannya.

“Bang Farhan, kalo aku mandi dulu gimana?” tanya Gina kemudian, menyamakan langkah nya dengan Farhan.

Farhan menoleh sekilas, kemudian menganggukan kepalanya. “Jangan lama-lama, takutnya makin malem tol macet.” pesan Farhan kemudian sebelum berlalu dari sana.

Giselle Naomi atau yang lebih akrab di panggil Gina. Gina adalah bungsu dari dua bersaudara. Walaupun jarak umurnya dengan Farhan hanya berbeda dua tahun saja, tapi tidak menjadikan Farhan terbuka pada Gina. Ralat, tidak terbuka pada siapapun.

Ya pada awalnya memang jadi masalah sih, apalagi bagi manusia, komunikasi menjadi hal yang penting di lakukan. Tapi Farhan selalu enggan melakukannya. Kemudian pada akhirnya Gina tahu, kalau itu merupakan sifat bawaan Farhan yang memang sulit untuk di ubah. Dan Gina mulai tidak keberatan karena hal itu.

Hari ini keduanya memang sengaja berkemudi ke Lumajang atas suruhan kedua orang tuanya. Kalau Gina ga salah ingat sih kedatangan mereka ke Lumajang untuk menengok kakek nenek mereka yang sudah lama tidak di jumpai.

Padahal mah Gina paham, kalau ada makna tersembunyi di balik hal itu. Satu hari sebelum keberangkatan mereka, Gina mendengar perdebatan kedua orang tuanya kalau mereka mengira ia dan Farhan tengah bertengkar. Karena Gina dan Farhan tidak pernah berbicara satu sama lain dalam jangka waktu yang panjang. Padahal mereka ga ngomong bukan karena berantem, tapi karena emang males aja.

“Bang, kalo lo cape ngomong aja. Gue bisa kok gantiin lo nyopir.” ujar Gina kemudian, setelah selesai dari urusannya di kamar mandi.

Farhan mengangkat satu alisnya bingung, “Kenapa lo duduk di depan? Di belakang aja biar enak kalau mau rebahan.”

Gina menggeleng, “Enggak gue di depan aja deh, sekalian nemenin lo.” jawab Gina kemudian.

“Yaudah, kalo lo bosen putar aja lagu. Itu pake ponsel gue. Spotify nya udah terhubung kok ke mobil.” ujar Farhan lagi.

Gina sempet bengong beberapa detik sebelum kembali sadar. Dirinya tidak tahu kalau perlakuan Farhan akan sangat berbeda saat tidak bersama kedua orang tuanya. Akhirnya tak banyak bicara lagi, keduanya melanjutkan perjalanan yang tadi sempat tertunda.