Happy National Boyfriend Day

“Mau kemana Del?” Cegat Tiyo, melihat Delvin berpakaian rapi sembari menggenggam kunci mobilnya.

Nada mengikuti dari belakang, melambaikan tangannya pada Haikal dan Hermas yang duduk dengan santai di kursi ruang tamu.

“Nganterin Nada.” jawab Delvin singkat, tidak ingin membuang waktu.

Gantian Tiyo mencekal lengan Nada yang hendak mengikuti langkah Delvin. “Mau kemana emang?”

Nada melirik dengan awas ke arah Yudha yang kini juga menatapnya dengan intens. “Anan... jangan bilang bang Yudha ya bang Tiyo.” bisik Nada kemudian, dan melepaskan pegangan Tiyo pada lengannya dan berlari dengan cepat ke arah Delvin.

“Kemana Yo?” tanya Jonathan penasaran, karena memang mereka yang duduk pada sofa ruang tamu tidak bisa mendengar bisikan Nada pada Tiyo tadi.

Tiyo mengendikkan bahu nya tidak mau tahu, dirinya sudah berjanji pada Nada. “Night drive sama Delvin.” Ucapnya berbohong.


Anan menunggu dengan cemas, begitu tidak ada lagi balasan dari Nada. Emang sialan ni anak, abis ngabarin langsung ilang lagi.

Beruntungnya satu pesan masuk baru saja menenangkan hatinya. Pesan dari Haikal yang mengatakan bahwa mungkin Nada sedang menuju ke rumahnya di temani oleh Delvin.

“Kok ga tidur Anan?” Tanya Bunda menginterupsi kegiatan Anan yang kini masih setia menunggu kedatangan Nada di depan rumah.

Anan tersenyum pada bunda nya, “Nada mau kesini bun.” Jawabnya lembut.

Bunda menyisir rambut Anan dengan perlahan, banyak hal yang terjadi setelah kedatangan Nada kembali pada hidup Anan. Anan lebih berekspresif dan dirinya selalu bahagia. Bunda merasa beruntung untuk hal itu. “Bunda ga tau kenapa Nada malem-malem kesini mau ngapain, tapi yang pasti langsung ajak masuk karena di luar dingin.” Peringat bunda, sebelum kembali masuk ke dalam rumah.

Tiada berapa lama, mobil Mazda CX-5 memasuki halaman rumah Anan. Diluar dugaan, ternyata Delvin lah yang benar-benar mengantarkan Nada. Padahal ketika Haikal memberitahu nya tadi, dia kira itu hanyalah sebuah candaan mengingat reaksi sinis yang sering kali di lontarkan Delvin pada hubungannya dengan Nada.

“Bang,” Ujar Anan menyapa, usai membukakan pintu mobil Nada dan kemudian kembali berlalu ke arah pintu kemudi. “Ga turun dulu?” sambungnya karena Delvin sudah bersiap menjalankan mobilnya lagi.

“Nanti gue jemput, gue mau pergi dulu beliin beng-beng Jerome.”

Padahal mah Delvin sengaja pergi karena dia menghargai perjuangan Nada buat malem-malem ke rumah Anan dan bikin surprise. Kalau di tanya real nya gimana, ya aslinya dia juga ga rela ninggalin Nada di sana.

“Sengaja banget ga ada kabar.” Belum apa-apa keluhan sudah di lontarkan pada Nada. Anan mengambil alih cake yang dirinya pegang dari tangan Nada, untuk di taruh pada meja depan rumah.

“Di ajarin kak Jeff.” Jawab Nada tertawa. “Maafin ya, ga maksud sebenernya.” Lanjutnya lagi meminta maaf.

Anan menggeleng, “Ga ada alasan buat kamu minta maaf.”

Hati Nada makin kecil, rasa bersalahnya makin menggebu. “Marah dong sekali kali anjing, kesel banget ni aku sekarang.”

I choose you in all my choice. Ga akan pernah aku lakukan, bahkan dalam mimpi Nada. Kamu terlalu berharga untuk itu. Udahlah, ayo kita makan rotinya aja.” Ujar Anan kemudian, mengalihkan percakapan keduanya yang mulai menjurus.

Happy boyfriend day. Masih keinget, waktu kamu bilang may I be your boyfriend empat tahun lalu.” Goda Nada, belum puas.

“Lebay la.”

“Terngiang-ngiang.”

“Udah dong.”

Nada tertawa puas, melihat wajah Anan yang merah merona karena malu.

“Nah, itu bang Delvin udah sampe.” kata Nada dan beranjak berdiri ketika melihat mobil Mazda CX-5 berwarna navy datang dari arah utara.

Anan mencekal lengan Nada lembut, dan menariknya untuk kembali duduk. “Bukan mobil kak Delvin itu Nad.”

“Hah?” Nada membeo bingung, dan ternyata benar mobil itu tetap melewati rumah dan tempatnya serta Anan berada.

Nada mengrinyit heran, bisa bisanya Anan tau.

“Kok kamu tau itu bukan mobil Kak Delvin? Jujur sama aku, kamu cenayang ya?”

Sekarang balik Anan bingung, bisa bisanya Nada tau kata cenayang. Siapa yang ngajarin coba?

“Plat nya beda.” jawab Anan singkat.

“Kamu ngapalin plat mobil kak Delvin? Buat apa Anan?”

Just in case.”

Bibir Nada tertutup sempurna, tidak ada hal yang bisa dirinya katakan saat ini. Hal sederhana seperti ini pun, ternyata Anan juga memperhatikan nya.

Kemudian Nada teringat akan sesuatu, “Aku ada hadiah satu lagi. Aku bikin ini hampir tujuh jam, jadi kamu harus pamerin ke semua sosmed kamu, Wajib!!” Kata Nada kemudian, menggebu gebu.

Anan tersenyum mengiyakan, dan mulai melihat hal yang di tunjukkan Nada dengan serius.

Mata Nada berbinar, senyumnya tak kunjung luntur begitu melihat perubahan dari raut wajah Anan yang terlihat tertekan.

Sialan, Anan pengen nangis aja rasanya anjing.