Hapus Aku
Nada melihat penampilan Haikal dari bawah ke atas. Seriusan ni anak kaya gembel beneran, di tambah dengan rambutnya yang acak acakan. Tadinya sih Nada emang mau ngatain, tapi dia tahan karena dia ga ingin tambah merusak mood Haikal yang memang sudah buruk.
“Gue aja yang nyetir?” tanya Nada begitu menghampiri Haikal yang berdiri menunggunya kurang lebih sejak lima menit tadi.
Haikal menggeleng, “gue aja yang nyetir.” putusnya langsung, dan mau tidak mau Nada menurutinya dan bergerak naik menuju kursi penumpang samping kemudi.
Pada akhirnya Haikal mengajak Nada untuk sekedar bercerita dan beristirahat di cafe angkringan dekat kampus.
“Gimana Kal? Lo kenapa hmm?” tanya Nada lembut, di liat dari wajahnya Haikal emang ni anak emang kayanya lagi banyak masalah banget.
“Tadi Kayla ngehampirin gue.”
Nada sudah menduga, hasil galau Haikal kali ini pasti tidak jauh dari Kayla. Gebetan yang tidak bisa dia lepas sejak jaman SMA dulu.
“Kenapa anaknya ngehampirin lo?” tanya Nada kemudian.
“Dia marah, karena gue gaet adek tingkat yang deket sama dia, dan cuma gue buat mainan.” lanjut Haikal kemudian.
Nada menggelengkan kepalanya, “Brengsek lo belom berhenti juga ya ternyata dari dulu.” ujar Nada tidak percaya.
“Dengerin dulu ih.”
“Iya, maaf. Lanjutin dah lanjutin.”
Haikal melanjutkan ceritanya, “Gue sempat debat sama Kayla, gue bilang jangan campuri urusan gue. Siapapun yang gue deketin itu bukan urusan dia sama sekali.” Nada mengangguk setuju. “Dan tiba-tiba Kayla bilang, kalau gue jangan sampe jadi brengsek kaya gini. Gue beda banget sama gue di SMA dulu. Padahal gue juga jadi kaya gini karena siapa anjing?!!” sambung Haikal lagi emosi.
Nada mengelus pundak belakang Haikal dengan lembut. Anaknya sekarang lagi emosi, jadinya dia ga bisa berkata banyak saat ini. “Kal, Kayla yang bilang kaya gitu ga salah. Tapi gue juga tau betul, gimana hubungan Kayla dengan Ren. Mungkin emang sekarang kayanya waktu yang tepat buat lo untuk berhenti mengharap bayang bayang Kayla yang mungkin bisa balik lagi ke lo.” Ujar Nada hati-hati dan penuh penekanan. “Toh pada akhirnya semua juga sama sama pergi kan? Cuma bedanya, Kayla emang ga bisa jadi milik lo. Itu aja.” Lanjutnya lagi, merasakan atmosfir panas sudah mereda di sekitar Haikal.
Haikal menunduk lesu, dirinya menyerap segala nasehat dari Nada dalam diam. Apa yang di katakan Nada ada benarnya. Mungkin sekarang Haikal sudah harus mulai berfikir terbuka. Kayla memang cantik, baik, dan luar biasa sempurna untuk dirinya yang sederhana. Tapi ia harus mulai menghilangkan rasa egoisnya, agar Kayla bisa bahagia meski bukan dia yang menjadi alasannya.
Lagu dari Nidji-Hapus Aku bergema di seluruh penjuru cafe. Hal ini cukup menyita atensi Haikal yang sedari tadi hanya terdiam dan menunduk pada tempatnya.
Buang semua puisi antara kita berdua Kau bunuh dia, sesuatu yang kusebut itu cinta
Yakinkan aku, Tuhan, dia bukan milikku Biarkan waktu, waktu Hapus aku Sadarkan aku, Tuhan, dia bukan milikku Biarkan waktu, waktu Hapus aku
“Nad, kira-kira Giring Nidji waktu ciptain lagu ini ngerasain rasa sakit kaya apa ya. Sampe minta di yakinin sama Tuhan?” Ucap Haikal bermonolog.
Nada tersenyum kecil, “Mungkin dia udah minta yakin sama Tuhan, tapi tetap berharap. Intinya sama kaya yang lo rasain sekarang, mati satu tumbuh seribu, tapi mengapa seribu yang datang tetep tidak bisa menggantikan satu yang hilang?”
Haikal terdiam membisu.