High and Middle (kontra)

Ternyata tim Rara, Nathan, juga Jendra lolos ke babak final. Dimana sesuai dengan hal yang terjadi di kehidupan Rara sebelumnya, ada tim dari Fakultas Hukum yang juga sama lolos ke babak final.

Rara menggenggam kedua jarinya erat, merasa ragu dengan lomba yang akan di laksanakan kali ini. Karena dia tau, bahwa tim dari Fakultas Hukum akan menang.

“Ra, ga enak badan?” tanya Nathan khawatir melihat wajah gugup Rara.

Rara menggelengkan kepalanya, “Gue agak sedikit takut sih Nath.” jawab Rara jujur.

Jendra ikut menoleh pada Rara, “takut kenapa sih? Mereka ga mungkin nyaplok kok Ra.” jawab Jendra sedikit berkelakar .

“Ga ada, mungkin karena ini babak final kali ya. Makanya gue agak sedikit grogi juga.” ucap Rara singkat dan mulai mengambil tempat duduk yang ada di tengah.

“Baik, sesuai dengan peraturan awal.” ucap panitia meminta Nathan dan salah satu perwakilan dari tim lawan untuk maju ke depan. “Silahkan tiap perwakilan tim suit untuk menentukan mosi juga pihak pro atau kontra.” sambungnya lagi.

Kali ini Nathan memenangkan suit, otomatis dari tim mereka lah yang saat ini berhak untuk memilih mosi.

Sesuai dengan kesepakatan yang telah mereka diskusikan tadi, maka kali ini Nathan memilih mosi “Media sosial berkontribusi besar akan maraknya pencemaran nama baik.”

Tim lawan memilih Pro, sedangkan tim Rara mendapatkan kubu kontra. Banyak persiapan yang mereka lakukan, tapi jujur saja Rara masih ragu dengan hasil yang akan mereka dapatkan akhir nanti.


“Dalam kehidupan ini, terdapat akibat atas segala perbuatan yang kita lakukan, jika kita tidak ingin mendapatkan akibat buruk maka sebaiknya menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan buruk.” ucap Jendra menanggapi argumentasi dari tim Pro. “Jadi kesimpulannya adalah, hormatilah orang lain sebagaimana kita ingin dihormati. Dalam hidup kita harus mampu memanusiakan manusia. Karena dari setiap perbuatan yang menyimpang terdapat resiko berupa sanksi hukum maupun sanksi sosial yang harus ditanggung oleh setiap pelaku suatu perbuatan.” sambungnya lagi panjang lebar.

BIP BIP BIP

Suara dari bel waktu berbunyi,

“Itu tadi argumentasi dari tim kontra, kurang lebihnya kami minta maaf.” lanjut Jendra mengakhiri sesi perdebatan kali ini.

Rara menepuk dua kali pundak Jendra dengan pelan, Jendra sudah melakukan hal yang sempurna hari ini.

Walaupun sedari tadi, Nathan sedikit memberikan kode pada Jendra untuk mengatur emosi nya. Karena Jendra selalu saja menaikan intonasi suaranya begitu membahas awal argumentasi baru.

“Baik, silahkan untuk kedua tim maju dan berjabat tangan.” ucap panitia dari samping.

Rara langsung berdiri dan mengikuti Nathan yang sudah berjalan untuk berjabat tangan dengan tim Pro.

“Kalian keren.” ucap Nathan tulus memuji.

“Iya, kalian juga keren.” sahut salah seorang dari mereka.

Setelah mereka selesai berjabat tangan, panitia mengarahkan tim Pro dan Kontra untuk keluar ruangan guna juri berdiskusi akan hasil dari debat tadi.

“Masih grogi Ra?” tanya Nathan sembari mengeluarkan ponselnya dari dalam saku.

“Udah lewat haha.” jawab Rara singkat, “Jendra kemana?” lanjut Rara bertanya karena Jendra tidak terlihat batang hidungnya sejak keluar ruangan.

“Gatau, kamar mandi paling. Dia pasti banyak nyesel nya sekarang, soalnya tadi bolak balik blunder.” ucap Nathan menjelaskan.

“Blunder? Perasaan fine fine aja deh tadi.” kata Rara bingung, karena lomba debat mereka tadi berjalan dengan lancar.

“Ya lo ga merhatiin paling, sibuk grogi sendiri. Tadi Jendra banyak salah ucap, untung public speaking dia bagus jadi semua bisa ke handle lagi.” jelas Nathan lagi, dan Rara hanya menganggukkan kepala mengerti.

“Tapi Nath, kalo kita ternyata ga menang gimana?” tanya Rara mulai overthinking lagi.

Nathan hanya tersenyum sembari terus memainkan ponselnya.

“Walaupun ini kompetisi, percaya sama gue deh Ra. Dunia itu isinya bukan cuma hitam putih doang. Terkadang menang dalam suatu perdebatan malah merugikan diri lo sendiri.”