High and Middle (Pro)

Rara menghampiri Nathan juga Jendra yang tengah duduk di dekat ruang Check in. Dapat Rara pastikan, kalau mereka berdua tengah menunggu dirinya.

Salahkan pada Haikal yang masih ngotot ingin membeli Pop Ice terlebih dahulu karena cuaca memang sedang panas panasnya.

“Mau check in sekarang?” tanya Rara langsung, begitu Jendra menyadari keberadaannya.

“Lama banget Ra?” keluh Nathan, dan mulai beranjak berdiri untuk mendatangi meja Check in.

“Buset, awal awal udah lawan anak Sastra Bahasa aja nih.” ucap Jendra begitu melihat kertas peserta yang baru saja di berikan oleh panitia.

“Susah sih, ntar kasih batasan aja buat ga pake bahasa kiasan yang terlalu tinggi.” ucap Nathan berbicara pada Jendra, “takut otak lo ga nyampe.” sambungnya lagi.

“Ya kali anjing, kapasitas otak gue sama lo tuh sebelas duabelas.” bela Jendra tidak terima.

“Udah ih, tengkar mulu. Ayo nyari tempat duduk buat diskusi aja kita.” Lerai Rara dan berjalan mendahului keduanya.


Rara membuka ponsel nya, mencoba mencari ketenangan disana. Sebentar lagi tim mereka akan maju untuk melakukan lomba debat. Rara tersenyum miring melihat percakapan yang ada di grup.

'Attention seeker banget haha.'

“Ra, ayo masuk.” ajak Jendra tiba-tiba, dan membuat Rara harus menutup ponselnya dengan tergesa.

'ini kenapa dingin banget sih ruangannya, gila aja AC dua biji di nyalain semua. Sengaja buat suasana makin serem atau gimana sih.'

Rara mengambil tempat duduk yang ada di tengah, karena dirinya adalah pembicara kedua. Sedangkan Nathan menjadi pembicara pertama, dan Jendra menjadi pembicara ketiga.

Oleh panitia, Nathan di persilahkan maju. Begitu pula dengan pembicara pertama dari pihak lawan. Panitia menjelaskan beberapa aturan dasar tentang memilih Mosi juga tim pro atau kontra.

Pemilihan tersebut akan di lakukan menggunakan suit batu kertas gunting. Bagi tim yang menang suit akan menentukan mosi yang akan di gunakan untuk debat, sedangkan untuk tim yang kalah akan memilih mereka di pihak pro atau kontra.

Nathan kalah dalam suit, maka dari itu dari pihak lawan lah yang memilih mosi. Dan mosi yang di pilih oleh pihak lawan adalah, “Pencabutan hak politik mantan narapidana korupsi.”

Seakan mengerti jalan fikiran Nathan, maka Jendra mengiyakan keinginan Nathan untuk mengambil tim Pro pada perdebatan kali ini.


“Cape banget asli.” ucap Rara begitu sesi pertama lomba debat sudah selesai.

Jendra langsung mengambil tempat duduk di samping Rara, yang saat ini tengah sibuk mengibaskan kertas argumentasi yang sedari tadi di bawa nya ketika di dalam ruangan.

Anehnya waktu awal mereka masuk ke dalam ruangan, suasana begitu dingin. Tetapi begitu mereka memulai perlombaan, hawa panas mulai mengelilingi mereka.

“Lo tadi keren banget Ra.” ucap Nathan memuji, dan ikut mengambil duduk di samping Jendra.

Keputusan tepat bagi Nathan untuk mengambil pihak Pro, karena untuk Rara sendiri pada mosi yang di pilih oleh lawan justru lebih condong kepada pihak pro.

Padahal menurut Jendra, tim pro itu sangat sulit karena kita harus mempertahankan hak pembicaraan kita.

“Lo juga keren.” ucap Rara balik memuji. “Jendra juga keren.” sambungnya lagi.

“Masih nunggu hasil, semangat hari ini?” tanya Nathan kembali menggebu-gebu.

“Iyalah, wajib semangat!”