Kalah Telak

Raka mengetuk pintu kamar mamanya dan Kinara dengan perlahan. Pagi ini mereka berencana untuk pergi bersama dan jalan jalan keluar bersama. Karena Bachtiar dan Rila akan pulang sore hari nanti.

Tentunya untuk tempat tujuan tidak di tentukan, karena itu akan sangat memakan waktu jadi mereka memutuskan akan menentukan tempat tujuan sembari di jalan nanti.

“Udah siap?” tanya Raka setelah Kinara membuka pintu.

Kinara tersenyum tipis, dirinya sudah berdandan lebih awal tadi. Ia tidak ingin membuat masalah dengan Rila sepagi ini dengan menunda-nunda waktu untuk pergi.

“Gue ambil tas sama ponsel gue dulu kak.” Ucap Kinara kemudian, dan kembali berjalan tertatih menuju tempat tas nya berada.

Raka yang melihat Kinara kesulitan berjalan hanya bisa meringis dalam diam. Pincang nya kaki Kinara ketika di buat berjalan sudah memperlihatkan betapa sakitnya itu.

“Mau gue gendong aja ke lantai satu?” tanya Raka kemudian, mengajukan diri seperti biasa.

Kinara menggeleng dan tertawa kecil, “Aneh aneh aja lo kak, nanti kalau kita berdua malah jatuh gelinding dari atas gimana?” ujar Kinara di sela tawa nya.

Raka tersenyum kecil, “Enggak lah Ra, gini gini keseimbangan gue bagus.” lanjutnya memuji diri, dan menggandeng tangan Kinara untuk turun perlahan melewati tangga.

“Lagian tumben banget ajak gue segala? Biasanya kalian selalu keluar bareng-bareng tanpa gue.” ucap Kinara kemudian, mengingatkan pada Raka tentang kejadian yang sudah-sudah.

“Sekali kali ayo ikutan. Masa hari libur mau di kamar doang. Lagian juga buat seneng kak Bachtiar sama Rila sebelum mereka pulang.” Jawab Raka.

“Bukannya Rila malah lebih seneng ya kalo gue gausah di ajak?” tanya Kinara lagi, masih skeptis.

Raka menghela nafas nya pelan. Bukan salah Kinara jika ia berfikir seperti itu. Karena memang setiap Rila kemari, Kinara akan berubah tidak terlihat dan semua perhatian di rumah akan terpusat pada Rila.

Belum lagi hubungan Kinara dan Rila juga memburuk karena insiden Rila mengambil paksa dua botol parfum, yang esok nya setelah Rila pulang mereka baru tahu kalau parfum itu hadiah dari Acel.

Jujur saja walaupun Arsha membela Rila mati-matian saat itu, tapi setelah tahu kebenarannya diam-diam Arsha juga merasa bersalah kemudian membelikan dua botol parfum yang sama sebagai gantinya pada Kinara.

Tidak ada ada keributan setelah itu, karena Kinara juga tidak berkata apapun dan membiarkannya selesai dalam diam seperti biasanya.


“What do you want to order, birdie?” tanya Bachtiar yang kini berada di samping kanan Kinara.

Setelah perjalanan yang lumayan lama di mobil, akhirnya mereka sepakat untuk berhenti di salah satu dessert restaurant.

Kinara memilah milah beberapa menu yang boleh ia makan dan harus ia hindari demi kesehatan nya. Dokter Hanan melalui mama sudah berpesan padanya untuk tidak memakan makanan manis dan juga makanan yang di buat menggunakan karbohidrat olahan.

Peka dengan kebingungan adiknya, Arzhan yang berada di sebelah kiri mengambil alih buku menu dari tangan Kinara. “Coba bilang ke gue, apa aja yang harus di hindari. Biar gue cek ingredients nya.” Ucap Arzhan, mencoba membantu.

Kinara mengangguk, “Makanan yang terlalu asin atau manis kak, terus yang bahannya pake karbohidrat olahan.” jelas Kinara kemudian. “Oh iya, sama yang rendah lemak.” sambungnya lagi, setelah berusaha mengingat.

Arzhan mengerti dan kembali membaca buku menu untuk melihat detail nya dengan hati-hati.

“Apasih gitu banget cuma makan doang?” tanya Rila tidak mengerti. “Lagi diet ya lo? Makanya kak Kin, kalo lagi diet tuh di rumah aja gausah ikut keluar terus makan makanan di luar.” lanjutnya menyindir.

“Apasih La?! Kok ngomongnya begitu. Gak sopan.” tegur Bachtiar setelah mendengar ucapan adiknya.

“Lagian liat tuh kak. Sampe kak Arzhan harus bantuin liat bahan makanannya. Ngapain coba pake nyusahin kak Arzhan segala, padahal kak Arzhan sendiri juga belom pesen apapun.”

Kinara tertohok dengan ucapan Rila. Apa yang di katakan Rila sepenuhnya benar. Kenapa ia harus merepotkan orang lain untuk kebutuhan nya sendiri?

Dengan segera Kinara hendak merebut buku menu yang berada di tangan Arzhan tetapi Arzhan menghindar.

“Kak sini biar gue aja.” bisik Kinara pelan.

“Apaan sih, enggak!” ucap Arzhan tegas dan masih berfokus membaca list menu.

Akhirnya Kinara hanya bisa terdiam dan mengetuk jarinya tidak beraturan di atas meja.

Nabil dan Arsha sendiri tengah pergi sedari tadi untuk mengambil minuman yang sudah di sediakan akhirnya kembali juga.

“Nih yang ngerasa punya, ambil dah.” ucap Arsha sembari menaruh nampan penuh minuman di atas meja.

Nabil menyodorkan air mineral ke arah Kinara. “Lo air putih aja ya? Jangan minum yang aneh-aneh.” ucapnya kemudian.

Kinara hanya bisa mengangguk dan mengambil botol air mineral dari tangan Nabil.

Tiada berapa lama Arzhan sudah berdiri untuk menyetorkan pesanannya dan Kinara.

Arsha dan Nabil merasakan hawa berat yang datang dari keempatnya setelah mereka datang hanya kebingungan. Entah drama apa yang sudah terjadi kali ini.

Arzhan segera kembali dan duduk di samping Kinara. Tatapannya tajam itu membuat Arsha tersadar bahwa ada hal aneh yang baru saja terjadi.

“Sebelumnya gue mau minta maaf ke lo dulu kak.” ucap Arzhan kemudian, sembari menatap Bachtiar. Bachtiar menolehkan kepalanya tidak mengerti. Minta maaf untuk apa?

“La, jangan lagi lo sebut Kinara nyusahin atau sejenisnya.” ucap Arzhan kemudian. “Lo ga tau dampak apa yang lo akibatkan dengan lo bilang kaya gitu. Gue disini ga merasa di susahkan sama sekali kok. Justru gue senang bisa bantu adik gue sendiri, karena itu artinya dia percaya sama pilihan gue.” lanjutnya lagi.

Nabil mengerutkan dahi nya. Dirinya tidak mengerti apa yang barusan terjadi.

Kinara yang di bela hanya mampu memegang tangan Arzhan berusaha untuk meredam emosi lelaki itu.

“Gue ga maksud untuk bilang gitu kak. Maksud gue kenapa harus repotin kakak kalau kak Kinara bisa baca menu dan bahannya sendiri? Lagian kenapa pilih pilih banget sih sama makanan.” Ucap Rila membela dirinya sendiri, masih tidak puas.

“Rila apa yang pengen Arzhan lakuin ya biarin dia lakuin. Kalau dia emang mau bantuin Kinara buat pilih menu makanan, itu juga terserah dia. Lo ga berhak larang apapun yang dia pengen lakukan untuk adiknya sendiri.” akhirnya Raka ikut menimbrung.

Bachtiar hanya bisa memegang kepalanya pusing. Pusing melihat kelakuan adiknya yang tidak pernah bisa bersikap dewasa.

Arsha dan Nabil kini mengerti letak permasalahan nya. Pantas sana kertas pesanan terakhir baru Arzhan antarkan, ternyata karena ia masih sibuk memilih bahan-bahan makanan yang harus di hindari oleh Kinara.

Dan juga ucapan Rila yang menyerang Kinara untuk tidak menyusahkan Arzhan, padahal Arzhan melakukan itu dengan senang hati untuk Kinara. Ia sama sekali tidak merasa di repotkan untuk hal itu. Toh kalaupun itu merepotkan, Arzhan siap untuk melakukan itu selamanya demi Kinara.

“Makanya kalo ngomong tuh di pikir dulu. Ga selamanya lo masih kecil dan segala ucapannya lo bakalan di terima gitu aja sama orang lain.” ucap Nabil juga, ikut menyudutkan.

Rila memasang wajah muram, ia sungguh malu kali ini. Kemudian dirinya mengalihkan pandangan pada Arsha, meminta bantuan dan pembelaan. Sayangnya Arsha justru memalingkan wajahnya ke arah lain dengan muak.

Rila kalah telak kali ini.