Kesalahan
Arzhan mengambil tempat duduk tepat di samping kanan Raka. Arsha dan Nabil yang baru datang langsung mengikuti dalam diam dan duduk di area paling sudut.
“Sekarang mama tanya kak, kenapa kamu biarin hujan hujanan adik nya? Udah tau kalau adik nya lagi sakit.” ujar mama kemudian.
“Kinara ngomong gitu ma?” tanya Raka balik, berusaha melindungi Arzhan yang memang tidak bersalah.
Mama menggeleng, “Kinara justru bilang kalau itu emang mau dia. Arzhan sama sekali nggak tahu menahu kalau Kinara hujan hujanan. Tapi tetep aja Raka, kenapa Arzhan nggak tanggap dan segera suruh Kinara buat berteduh si?”
Nabil melirik Arzhan yang hanya menundukkan kepala nya. Arzhan enggan menatap mama nya yang berbicara, atau menoleh pada Raka yang membela nya. Nabil tahu betul, Arzhan melakukan hal itu untuk meredam amarah nya yang sewaktu-waktu bisa meledak.
“Ma emang harus banget ya marahin Arzhan sekarang? Kan yang terpenting Kinara dulu.” ucap Arsha ikut menengahi.
“Ya dua duanya penting. Kinara sembuh penting, kalian peka terhadap Kinara juga penting.” Sahut mama cepat. “Asal kalian tahu, Kinara pernah menghalangi mama buat terus terusan menyuruh kalian buat bantu Kinara. Kenapa kira-kira Kinara kaya gitu? Ya karena kalian selalu melabeli Kinara dengan kata beban dan itu yang membuat dia minder buat minta tolong. Mama kira, oh ga mungkin lah mereka kaya gitu. Karena mereka saudara, dan saudara itu terikat dengan darah. Tapi nyata nya bi Anjar sendiri juga bilang, kalau kalian sering melempar Kinara untuk berangkat dengan siapa, dan pulang dengan siapa. Jadi sebenarnya, Kinara itu adik kalian atau bukan?” Sambung mama lagi panjang lebar. Mengeluarkan semua beban yang ada di hatinya.
Nabil menghela nafas pelan, dirinya sudah lelah dengan pembahasan yang selalu tidak memiliki ujung seperti ini. “Ma, sekarang mama mau dengerin alasan dari kita nggak?” ujar Nabil kemudian.
Raka menggelengkan kepala dari samping, “Nabil, gausah bikin masalah baru.” menghentikan upaya Nabil untuk berbicara.
“Alasan apa? Mama mau dengar.” potong mama cepat, tidak menghiraukan ucapan Raka.
“Mama mau tau nggak kenapa Arsha selalu berbohong kalau dia jemput Kinara padahal kenyataannya pulang bareng Arzhan?” tanya Nabil kemudian.
Mama menggeleng.
“Karena mama selalu bersikap berlebihan saat Arsha salah. Maka dari itu Arsha ga pernah mau jujur kalau dia memang tidak bisa menjemput Kinara untuk alasan tertentu. Arsha memilih berbohong karena dia tau, kalau dia jujur mama bakalan bersikap berlebihan.” tutur Nabil menjelaskan.
Arsha memejamkan matanya, apa yang di ucapan Nabil cukup mewakili perasaannya saat ini.
“Dan kenapa Arzhan selalu menyimpan rahasia? Itu juga sama kaya Arsha ma. Karena mama selalu membesar-besarkan setiap permasalahan. Kaya hari ini, Kinara main hujan karena keputusan dia sendiri. Bahkan Arzhan datang di saat kondisi Kinara udah basah kuyup. Tapi dia memilih buat merahasiakan kalau hari ini Kinara hujan hujanan karena dia takut. Takut kalau mama akan membesar besarkan masalahnya. Nah kan ternyata bener, ini aja mama udah besar besarin masalah nya.”
Air mata Arzhan menetes mendengar penuturan dari Nabil.
“Dan juga aku ma. Mama tau kenapa aku selalu iri? Bahkan buat antar jemput Kinara aja aku selalu iri. Karena ketika aku antar jemput Kinara, mama bakalan selalu membanding bandingkan perlakuan aku ke Kinara, dengan yang lain.” kata Nabil lagi masih belum selesai.
“Kak Raka juga. Mama bingung kan kenapa kak Raka selalu marah dan tempramen? Karena mama selalu mengandalkan kak Raka, tapi mama ga pernah kasih pujian atau apresiasi yang sepadan sebagai balasannya.” Ujar Nabil kemudian. “Semua hal itu yang bikin kita jadi memandang miring Kinara, dan melabeli dia dengan kata beban persis dengan yang mama pikirkan. Karena hal itu juga, Kinara jadi anak yang pengecut. Dia selalu mengalah ke orang lain, dan ga pernah berkeinginan melawan bahkan sekali pun. Karena mama selalu terburu-buru membantu dia di saat ada masalah.”