Malam Dies Natalis

Keira dan yang lainnya sudah sampai kembali ke Universitas. Gak lupa, mostly dari mereka juga datang berpasang-pasangan. Dinan dengan cewenya, Haikal dengan gebetannya yang gatau dari fakultas yang mana, Anan dengan Sylvia, gatau juga kenapa ni anak bisa nempel lagi ke Anan, Hermas dengan Jisel, dan Keira dengan Keenan. KASIAN BANGET GANDENGAN SAMA ADEKNYA DOANG.

“Rame ya Kak.” ucap Keenan menggumam.

Keira menoleh ke arah Keenan dan tersenyum, “SMA lo ada perayaan gini nggak ulang tahunnya nanti?” kata Keira balik bertanya.

Keenan menggelengkan kepalanya tidak tahu, kan dia bukan anggota salah satu organisasi di sekolah. Dia masuk sekolah, mau tidur doang juga gapapa. Ga akan ada yang mau negur, soalnya dia anak kesayangan sekolah sebagai seorang atlit.

“Ya semoga aja ada deh, biar rame juga.” sambungnya lagi berharap.

Keira cape banget dari tadi gandengin Keenan, belum lagi tangan yang satunya di seret Haikal untuk berjalan kesana kemari. Lah, gebetan nya yang tadi kemana? Jawabannya di kasih Binbin. ORANG GILA EMANG SI HAIKAL.

“Sumpah, ini enak banget. Kei, Ken, ayo kesini cepet!!” ucap Haikal bersemangat sembari menarik lengan Keira untuk berjalan menuju kedai corn dog. “Mau yang rasa apa?? Gue taro, lo apa Kei? Ken?”

“Gue tiramisu, si Keenan beliin green tea aja deh.”

Kemudian Keenan mengajak Keira untuk duduk pada bangku yang tak jauh dari sana, meninggalkan Haikal yang masih terus memesan.

“Pacar lo kak?”

Keira mendelik tidak percaya, “ngawur lo. Gue ngikutin dia yang heboh banget kaya baru pertama kali di perayaan kaya emak gini, bisa bisanya elo nanya pacar gue atau bukan.”

“Ya kan nanya, gue cuma butuh jawaban iya atau enggak. Kenapa belibet banget dah ngomong gitu doang.”

Keira menoleh, melihat suasana di sekitar mereka yang kian ramai. Sampai dirinya berhenti pada dua orang yang kini tengah mengantri untuk membeli gulali. Itu Anan dan Sylvia, yang terlihat sangat mencolok diantara yang lainnya.

Bayangannya kembali ketika tadi sore dirinya masih bersama Anan. Nggak tau, ini untung atau buntung karena Sylvia pulang tadi. Karena kalau Sylvia ga pulang, udah pasti yang ngisi tempat duduk penumpang di motornya Anan adalah Sylvia.

“Gitu banget ngeliatin cowo orang, lo suka sama dia ya?”

Keira reflek memukul kepala Keenan pelan, “lo dari tadi cuma nanyain gue sesuatu ke orang orang yang ga perlu. Udah tau cowo orang, bisa bisanya nuduh gue suka sama dia.” ceriwis Keira tidak terima.

“Gue cuma mastiin aja, lo ga jatuh di cowo yang salah.”

Ada jeda panjang sebelum Keenan melanjutkan ucapannya dan terus berfokus pada ponsel yang ada di tangannya.

“Lo tau kan, lo kakak cewe yang gue milikin satu-satunya.”

Dangdut banget, tapi jujur Keira terharu dengan perkataan Keenan tadi. “Apaan banget dah.”

Biarpun mereka sering bertengkar, dan kadang mudah untuk tidak akrab. Tapi kembali lagi, Keira dan Keenan ada karena untuk saling melengkapi.


Capek, kayanya cuma itu doang yang bisa mendeskripsikan keadaan Keira saat ini. Gimana ga cape, setelah Keenan kenalan sama Haikal, sekarang Keira harus super perhatian karena tingkah Keenan berubah persis seperti Haikal tadi.

Keira mau nangis aja liat Keenan dan Haikal berlari kedepan kebelakang terus muter muter ga jelas. Sedangkan yang lainnya? Mereka udah pada anteng duduk di deket panggung.

“Heh ayok udah, bentar lagi udah mau tampil tuh.” kata Keira kemudian, dan menunjuk teman-teman mereka yang lainnya, yang sudah mencari tempat untuk menonton.

Sedikit yang Keira tahu dari Adit, untuk tahun ini kampus mereka mengundang beberapa artis papan atas untuk tampil dan menghibur malam perayaan kampus.

Iya, namanya juga sedikit, jadi Keira gatau yang di maksud artis papan atas tuh siapa aja. Aneh ya, padahal di pamflet yang udah di sebar, mostly yang dateng kesini udah pada tau siapa tamu undangannya.

Akhirnya setelah perjuangan keras, Keira berhasil menyeret keduanya untuk ikut berbaur bersama yang lainnya. Keira berhasil untuk mencari tempat duduk yang strategis, kemudian dirinya duduk di samping Jisel yang memang sudah anteng dari tadi. Sialan ni anak, ga bantuin Keira sama sekali malah pacaran terus sama Hermas.

“Nah, kalian pasti udah ga sabar kan dengan penampilan bintang tamu hari ini?”

Gemuruh suara penonton memenuhi tempat itu, menjawab pertanyaan dari host.

“Sama nih, tapi sebelum itu kita juga ada host spesial yang malam hari ini akan datang untuk bersama menemani kita. Ada yang tahu siapa??”

Keira hanya menopang dagunya bosan, tidak bisa ikut heboh bersama yang lainnya karena tenaga dia sudah terkuras habis untuk mengasuh Keenan dan Haikal tadi.

“Kita panggil, ini dia putra mahkota kita dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, JEFFREY!!”

Sorakan ramai penonton membuat Keira penasaran, karena situasinya saat ini lebih heboh daripada menyambut tamu undangan tadi. Keira jadi bingung, yang artis tuh yang mana.

Kemudian justru kini dirinya yang tidak bisa sekedar memalingkan mata dari atas panggung, begitu Jeffrey muncul dari sana.

“Weh, ganteng tenan rek bang Jeffrey. Nggumon aku, mangan opo wong iku.” celoteh Binbin tak jauh dari tempat Keira. (Weh, ganteng bener geng bang Jeffrey. Bingung gue, makan apa orang itu.)

“Eh, Kei lo tau nggak.” bisik Jisel dari samping, “itu abangnya Hermas sama Haikal njir.”

Mata Keira melotot terkejut, kemudian dirinya cepat menoleh pada Haikal yang sibuk berbicara dengan Keenan, dan kembali menolehkan kepalanya ke arah panggung membandingkan. “For real?? Beda banget anjing adek kakak.”

Jisel mengendikkan bahu nya, “ya lo liat aja lah, Haikal sama Hermas aja kembar tapi gada tuh mirip miripnya.”

Keira mengangguk, dan kembali melihat ke sisi panggung yang masih terus di isi dengan percakapan antara host dan Jeffrey.

Tapi setelah Keira fikir lagi, di tengah kilauan yang memantul dari arah Jeffrey. Entah kenapa Keira merasa tidak asing dengan sosok itu.

“Gue pernah ketemu apa yak sama dia? Kok kaya pernah liat.” gumam Keira pelan.

Tanpa sadar, ternyata Anan yang berada di belakangnya mendengarkan semua itu dengan seksama.