Pertengkaran

Kinara kecil mengikuti Nabil yang berjalan di depannya dengan pelan.

“Kakak?” tanya Kinara merengek. Dirinya sudah cukup lelah jika harus mengikuti langkah Nabil yang lumayan lebar. Belum lagi sinar matahari siang membakar kulit nya saat ini.

“Hussh, Kinara diem.” Ujar Nabil menghentikan langkahnya sejenak, dan menoleh ke arah Kinara.

Hari ini Kinara pulang dengan Nabil naik sepeda, karena Kinara sendiri masih kelas empat sekolah dasar sedangkan Nabil menginjak kelas enam sekolah dasar. Kenapa kok ga bareng Arsha dan Arzhan? Alasannya adalah, karena mereka berdua kompak ga masuk sekolah karena sakit hari itu.

“Kita kenapa ga langsung pulang aja sih?” Tanya Kinara kecil masih belum terima.

“Kakak masih ada urusan, bentar aja ya Kinara.” Bujuk Nabil kembali.

Tak jauh di depan, Kinara dapat melihat segerombolan anak berseragam SMP seperti tengah menunggu nunggu kedantangan Nabil.

“Cupu, gue kira sendirian ternyata bawa adek nya.” Kata salah seorang dari anak SMP itu.

“Adek gue ga ada yang jemput pulang, terpaksa gue bawa.” Ujar Nabil menjawab pertanyaan yang lain.

Kinara yang merasakan suasana mulai memburuk, dirinya beringsut mendekati Nabil dan memegang lengannya. “Kakak, ayo pulang aja.” Bujuk Kinara takut.

Nabil tak memperdulikan Kinara, dan masih bertengkar bertukar kalimat kasar pada beberapa anak laki-laki di depannya.

Sedikit yang Kinara dengar, mereka meributkan soal sok berani, arogan, dan yang lainnya. Tentu bagi Kinara kecil ini bukan lah hal yang cukup mengenakkan.

Sekali ketika salah satu dari mereka maju dan memukul Nabil, Kinara langsung melepaskan pegangannya pada Nabil dan berlari menjauh.

Tidak ada yang sadar, begitu pula dengan Nabil. Mereka masih larut pada pertengkaran yang tengah mereka lakukan.

Kinara berlari dengan kaki kecilnya, tertatih-tatih menuju kantor sekolah dasar. Yang mana ia yakini, masih ada guru lain yang berjaga, dan mungkin bisa menyelamatkan Nabil, kakak nya.

Tanpa dirinya sadari, sebongkah batu yang lumayan besar menghadang jalan nya berlari. Kinara tidak sengaja mengenai batu itu, dan membuatnya terjatuh dengan lumayan keras. Kaki sebelah kanan nya mengeluarkan darah yang cukup banyak. Dirinya tidak bisa mengeluh sekarang, karena yang dia tau Nabil tengah kesusahan di tempat lain.

Dengan memaksakan kakinya yang terluka, Kinara pada akhirnya sampai pada kantor ruang guru. Dirinya mencari guru yang kini tengah berjaga.

“Kinara kok belom pulang?” Satu suara berhasil menyapa nya.

“Pak Yoga, itu di samping gerbang belakang kak Nabil berantem sama anak SMP!!” Ucap Kinara langsung, memberitahu keadaan yang sebenarnya pada Yoga, guru olahraga nya.

Yoga yang langsung mengerti ucapan Kinara, langsung berjalan cepat menuju tempat yang sudah Kinara sebutkan.

Kinara mengikuti dari belakang dengan pincang, kakinya yang terluka cukup menghambat nya. Dirinya meringis, melihat begitu banyak darah yang keluar dari kaos kaki nya yang putih.

Begitu sampai, Yoga langsung memisahkan pertengkaran yang terjadi. Beberapa dari yang lainnya berhasil lolos dan kabur. Menyisakan seorang anak SMP dan Nabil sendiri yang lumayan luka sana sini usai pertengkaran.

Anak SMP itu tersenyum miring pada Nabil, ia melihat ke arah Kinara yang berada tak jauh dari sana. “Sok jagoan, tapi tetep berlindung balik badannya adek cewe lu ya.” Cibirnya membuat Nabil tertampar oleh rasa malu.

Nabil menatap Kinara dengan tajam. Dirinya tidak pernah sejengkel ini dengan orang yang suka ikut campur pada urusan orang lain.