Pujasera
“Lo yakin mau disini aja?” tanya Keira karena setelah menjemput Jisel tadi, anaknya cuma berkeinginan untuk pergi ke Pujasera.
“Ya yakin lah, disini banyak makanan.” kata Jisel singkat, sembari mengoperasikan ponselnya.
“Ngechat siapa sih? Serius bener.” sela Hansa melihat Jisel hanya terpaku pada layar ponselnya sedari tadi.
“Ini, si Hermas chat gue katanya juga di pujasera.”
“HAH?! LO SENGAJA YA ANJING NGAJAKIN KITA KESINI KARENA MAU NONGKRONG SAMA MEREKA LAGI?!” ucap Keira histeris, karena dirinya masih teringat kejadian semalam.
“Yaelah, lagian bertiga doang sepi njir. Udahlah, paling enak emang gabung aja.”
“JISEL BANGSAT!!”
“Akhire teko juga cah telu.” sambut Binbin dan menggeser kakinya yang sedari tadi di kursi lain agar bisa di duduki oleh ketiganya. (Akhirnya sampe juga anak tiga)
Keira mau nangis aja, karena kondisi perkumpulan mereka saat ini udah lebih mirip kalau di sebut sebagai konfrensi. Rame banget woyy!!
“Aduh neng Jisel, sini duduk sama kang Haikal.” seloroh Haikal, karena Jisel kebingungan ingin mengambil tempat duduk yang mana.
Keira menyipitkan matanya, dia sudah tau kalau Haikal sungguh hobi dalam menggoda wanita.
“Kal, emang sungai lagi kering ya?” tanya Keira kemudian.
Haikal membeo tidak mengerti, “hah?”
“Kok lo ke darat?”
“GUE BUKAN BUAYA ASTAGA!! INI KAN MENAWARKAN JISEL BUAT DUDUK DOANG, KAGA GODAIN.” Teriak Haikal melakukan pembelaan.
Disisi lain, Hansa yang duduk di samping Adelio memulai percakapan. “Gimana pendakian terakhir Del?” tanyanya langsung, karena Hansa sudah mengetahui bahwa Adelio sempat melakukan pendakian ke Semeru seminggu sebelum UTS.
Adelio tersenyum,
“Lancar kok, buktinya gue ada di sini lagi ngobrol sama lo.” jawabnya kemudian.
“Pengen deh gue juga ikut pendakian, tapi kuliah gue beneran ga bisa di tinggalin.” keluh Hansa.
Adelio menepuk pundaknya, dirinya mengerti beban seperti apa yang harus di pukul oleh mahasiswa fakultas kedokteran.
“Eh gue ada pertanyaan nih,” Kata Dino bersemangat. “Misal nih ya, misal cewe lo Heng, dia makan bareng sama kita. Terus ada menu udang goreng, nah kalau cewe lo misahin kulit udang goreng nya buat gue makan gimana?” sambungnya lagi.
Hengky yang menjadi objek pertanyaan hanya bisa menoleh kaget, “ya maksud lo anjing?! Emang lo ga ada tangan buat misahin kulit udang sendiri??” ujarnya marah.
“Kalau gue pribadi sih gapapa.” Sahut Haikal, “toh Dino temen gue dari lama, gue anggap cewe gue menghargai Dino.” lanjutnya lagi.
“Weh, materinya udah dapet Kal. Lo nya aja tinggal nyari cewek.” ucap Javin mengejek.
“Asu.”
“Kalo menurut lo, Kei.” lempar Dinan pada Keira yang tengah mendengarkan perdebatan mereka. “Misal nih, Anan cowo lo, terus dia ngelupasin kulit udang buat Jisel, kira-kira reaksi lo gimana?” sambung Dinan, dan memberikan gambaran lagi.
“Gue juga ga masalah si, kan cuma ngelupasin kulit udang doang, ngelupasin kulit udang ga akan bikin Anan sama Jisel jadian. Anan tetep jadi pacar gue.” jawab Keira mantab.
“Kalau gue tau ada udang di menu, dari awal gue kelupasin semua kulitnya anjing.” sahut Hermas menoleh pada Keira, jutek.
Kini hanya ada Haikal, Keira, Dinan, dan Anan di meja. Sedangkan yang lainnya kembali berkeliling untuk mencari amunisi tambahan sebelum mereka lanjut ngobrol lagi.
“Tumben cewe lo ga ikut, Nan.” kata Keira, membuka pembicaraan.
Anan yang sedari tadi hanya terfokus pada ponselnya, menolehkan kepala pada Keira.
“Siapa?”
“Cewe lo.”
“Emang siapa cewe gue?”
“Lah?! Emang Sylvia bukan cewe lo anjir?” tanya Keira terkejut.
Anan menggeleng, dan kembali berfokus pada ponselnya. Ni anak ngeliatin apa sih, maen hape mulu dari tadi.
“Lo dapet informasi darimana sih Kei, bisa-bisanya ngira Anan sama Sylvia pacaran.” ucap Haikal menanggapi.
“Lah, gue mah liat yang terjadi aja di depan gue anjir. Biasanya mereka berdua nempel mulu, jadi gue kira emang pacaran.” kata Keira melakukan pembelaan.
“Hahahaha, kocak. Baru kali ini, ada yang ngira Anan pacaran sama orang lain, selain dia.” Dinan tertawa puas.
“Dia siapa?” tanya Keira langsung, mau di bilang kepo tapi Dinan yang mancing mancing.
“Lo ga perlu tau.” kata Anan padat.
“Ya sebenernya ga mau tau juga sih, tapi diksinya si Dinan nih kurang ajar banget bikin seolah-olah gue kepo.” nyinyir Keira setelah mendengarkan penuturan Anan.
'Kaga ada yang mau tau, gue mah mancing doang anying.'
“Anan tuh emang udah punya pacar tau Kei.” gantian Haikal yang menanggapi. “Tapi ya gitu, hubungan mereka lagi ada ujiannya.”
Keira mengangguk mengerti, “Ohh, jadi kalian berdua lagi back street atau semacamnya gitu ya?” ucap Keira menyimpulkan. “Emang yah, kadang dunia tu kaya ga adil banget sumpah, ya mau gimana lagi orang kita makhluk nya pasti di uji juga, semangat kita.”
Dinan dan Haikal hanya tertawa kecil, “iya Kei, semangat kita.”