Pulang
Pada akhirnya Raka mengalah, dan membiarkan Nabil untuk pergi me rumah sakit menjemput Kinara dan mama nya. Masih menggunakan seragam, seusai pulang sekolah Nabil langsung bergegas menuju rumah sakit.
Arsha dan Arzhan? Keduanya sepakat untuk menunggu saja di rumah, sembari menemani Bachtiar dan Rila yang ada di rumah.
“Mama tinggal ke administrasi bentar, kamu langsung ajak Kinara buat ke mobil aja ya Nabil.” Pesan mama sebelum pergi meninggalkan mereka berdua.
Nabil melihat Kinara tengah sibuk mengoperasikan ponselnya. Akhirnya Nabil memutuskan untuk duduk terlebih dahulu, dan menunggu perawat datang membawa kursi roda yang akan di naiki Kinara nanti.
“Kaki nya masih sakit Kin?” tanya Nabil kemudian, tidak tahan dengan keheningan.
Kinara mematikan layar ponselnya, dan tersenyum ke arah Nabil. “Aman kok kak, kalau jam jam sekarang tuh ga ada masalah.” jawab Kinara dengan senang hati.
Hubungan Kinara dan Nabil sudah sepenuhnya membaik. Setidaknya itu yang Kinara pikirkan.
Dengan Nabil yang sudah terang terangan bertanya tentang keadaannya, dan juga perhatian yang Nabil berikan sejak Kinara bangun tadi pagi. Kinara makin yakin, kalau sehabis ini ia bisa membangun hubungan baik dengan saudaranya yang lain lagi.
Tiada berapa lama, perawat datang dengan membawa sebuah kursi roda. Mengerti akan hal itu, dengan cekatan Nabil langsung berdiri dari duduk nya untuk menggendong Kinara supaya bisa berpindah tempat dan duduk di kursi roda.
“Padahal adik mas nya bisa loh di suruh berdiri sebentar, dan duduk di kursi roda. Tapi mas nya sigap banget, langsung gendong.” puji perawat sebelum pergi dari sana.
Kinara tertawa kecil melihat telinga Nabil memerah karena pujian itu. “Gue ga berat kan kak?” tanya Kinara kemudian.
Nabil menggeleng, dan langsung bergerak mendorong kursi roda Kinara untuk segera meninggalkan ruang rawat inap yang berbau obat obatan itu.
“Dua hari kemaren hujan terus, jadi rasa rasanya udara hari ini segar banget ya kak.” ucap Kinara mengajak Nabil berbicara.
Nabil mengangguk, “Iya segar, cuma agak annoying dikit buat area depan gapura perumahan. Soalnya di sana selalu banjir.” jawab Nabil langsung.
Kinara tertawa, “Pantesan lo tiap pulang sekolah selalu basah celana bagian bawah nya. Ternyata gara-gara kobangan air di deket gapura perumahan?” tanya Kinara lagi, setelah tawa nya reda.
“Ga ada jalan lain buat ke rumah selain lewat sana Ra. Gapapa, lagian juga gue langsung ganti baju begitu sampe rumah.” jelas Nabil.
Nabil terus mendorong kursi roda hingga ke pintu keluar rumah sakit. Ada peraturan di rumah sakit dimana kursi roda hanya dapat di gunakan hingga batas pintu keluar.
Mama belum juga kembali dari administrasi, dan juga barang-barang yang lain sudah lebih dulu di angkut ke dalam mobil.
Nabil melirik Kinara yang masih terdiam memainkan ponselnya. Entah apa yang tengah di lakukan gadis itu.
“Ayok Ra, ponsel nya di simpen dulu. Gue mau gendong lo ke mobil.” ucap Nabil kemudian, membuat Kinara terkejut.
“Hah? Kenapa di gendong kak? Gue bisa jalan kok, lo bantuin gue jalan aja.” tolak Kinara langsung.
Nabil spontan menggeleng, “Jalan masih licin bekas hujan Ra, gue gamau ambil resiko dan bikin lo jatuh. Udah gapapa, ayo gue gendong aja.” jelas Nabil kemudian. “Ayo Kinara, kalau mama nanti keburu selesai di administrasi, dan liat lo belum naik mobil dia bisa marah lo.” ancam Nabil lagi.
Akhirnya Kinara menurut, dan mengalungkan kedua tangan nya untuk berpegangan di leher Nabil. “Kak, gue berat ya?” cicit Kinara pelan, karena jarak pintu keluar dengan tempat parkir kendaraan cukup jauh.
“Enggak sama sekali Ra. Arsha dua kali lebih berat dari pada lo.” jawab Nabil singkat.
Kinara menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher Nabil. Kinara malu karena banyak pasang mata melihat keduanya.
“Kak, turunin ayoo. Gue malu ih.” bisik Kinara menepuk nepuk pundak Nabil tidak nyaman.
“Turunin apasih Kinara. Ini ambil kunci mobil di saku gue, buka mobil nya.” suruh Nabil mengabaikan permintaan Kinara.
Kinara menurut dan mengambil kunci mobil pada saku baju Nabil untuk membuka pintu otomatis.
Kemudian Nabil membuka pintu bagian penumpang untuk menaruh Kinara secara hati-hati.
“Selonjorin aja kaki nya, jangan di tekuk.” tegur Nabil melihat Kinara hendak menekuk kakinya.
“Tapi mama nanti duduk mana kak?” tanya Kinara bingung.
“Mama duduk sama gue di depan. Gue mau ke warung depan rumah sakit, lo mau nitip apa?” tanya Nabil kemudian.
Kinara menggeleng, “Gue di sini aja deh. Buruan ya kak, takut mama udah selesai di administrasi.” ingat Kinara lagi.
Nabil mengangguk dan segera bergegas pergi dari sana.
Hati Kinara menghangat, bibirnya tidak berhenti tersenyum sedari tadi karena perlakuan Nabil.
“Kalau ini cuma mimpi, gue berharap selamanya ga usah bangun.”