Salvage

Akhirnya rombongan Nada memutuskan untuk pulang pukul delapan pagi. Padahal tadi pagi tuh matahari udah terang loh, dia bisa ngeliat sunrise juga. Tapi setelah turun dari pondok Bunder, hujan langsung menyapa perjalanan mereka.

Nada sih beruntung soalnya dia juga bawa persiapan jas hujan. Dan Delvin di sampingnya juga. Akhirnya Nada dan Delvin berjalan untuk turun lebih dulu ke Pos Paltuding. Yang lainnya masih di Pondok Bunder, nungguin hujan reda sembari nyopotin tenda.

“TOLONG!!”

Satu teriakan berhasil di dengar keduanya. Nada dan Delvin saling berpandangan, Nada dengan reflek langsung memegang lengan Delvin. “Kak??” tanya Nada berusaha setenang mungkin.

Nada masih berani, soalnya Delvin ini orang nya rasional banget. Jadi Nada ga perlu  takut kena pressure soal hal-hal mistis kalo bareng Delvin.

“Gapapa, ayo lanjut aja.” ucap Delvin menenangkan. Keduanya masih berusaha menuruni jalanan curam, yang juga agak licin karena terkena air hujan. Belum lagi kabut yang menutupi pandangan keduanya.

Tiba-tiba dari arah depan, ada seorang lelaki dengan jas hujan berwarna orange menanjak dengan tergesa menghampiri Nada dan Delvin. Si Nada sendiri nih udah mau kejengkang kebelakang sangking kagetnya, asli dia kira itu tadi zombie anjir.

“MAS, MBAK?? BISA NOLONGIN TEMEN SAYA NGGAK?? TEMEN SAYA KENA HIPOTERMIA!!” ucap lelaki itu dengan raut wajah panik, meminta tolong pada Delvin dan Nada.

Delvin yang memang jurusan kedokteran, dia langsung faham kalau penurunan suhu tubuh secara drastis itu bisa menyebabkan kematian. “Temennya dimana mas?” tanya Delvin kemudian.

“Itu mas, di bawah ga jauh dari sini.” kata Mas-mas tadi masih kelabakan.

“Ayo kesana, ayo Nad.” ajak Delvin menggenggam tangan Nada.

Nada menggelengkan kepalanya, “Gue nungguin yang lainnya disini aja deh kak.” putus Nada sepihak, membuat Delvin melotot bingung. “Kalo gue ikut lo, ntar gue malah menghambat perjalanan lo buat nanganin orang Hipotermia ini.” sambung Nada menjelaskan, dan mendorong tubuh Delvin  untuk pergi.

“Apaan, ngga! Biar gue harus sambil ngesot ngesot gendong lo, gue ga bakalan ninggalin lo sendirian disini. Bukannya gue ga percaya sama lo, hanya diri gue yang ga mengizinkan buat biarin lo nungguin disini.” tolak Delvin dengan tegas.

Nada nih udah mau nolak lagi, tapi kemudian Delvin langsung narik tangan dia untuk kembali berjalan menuruni rute curam.

Delvin terus terusan memastikan, jikalau Nada yang ada di belakangnya dan juga tangan Nada yang saat ini Delvin genggam tidak akan terlepas, apapun keadaannya.

“Ini Mas, temen saya yang kena Hipotermia tadi.” jawab laki laki tadi, setelah mereka bertiga berhasil mencapai tempat dimana pasien berada.

Delvin memperhatikan seorang perempuan yang tengah menggigil di peluk oleh kedua temannya yang lain. Menggigil sebenernya adalah pertanda baik bahwa sistem pengaturan panas seseorang masih aktif. Jadi Delvin ga terlalu merisaukan hal itu.

“Coba lepas jaketnya yang basah dulu.” perintah Delvin. Dengan segera, kedua teman perempuannya tadi melepas jaket si wanita yang memang sudah setengah kering di badan.

Delvin ikut melepaskan jaket yang membalut tubuhnya dari balik mantel plastik. Nada yang melihat hal itu, memukul pundak Delvin pelan. Yailah, dimana mana mah pikirin diri sendiri dulu, bukan orang lain.

Dengan cekatan, Delvin menyelimuti wanita tersebut dengan jaketnya yang lumayan tebal. Jarak antara tempat mereka berdiam sekarang, dengan pos Paltuding cukup dekat.

“Untuk sekarang, turun dulu. Sejauh ini udah gapapa, walaupun masih gemeteran dikit. Kalau kita berusaha mengurangi gejala disini, sama aja boong. Karena disini ga ada tempat yang hangat.” jelas Delvin panjang lebar.

Akhirnya ketiga teman si wanita tersebut, bersama sama menggendong si wanita itu untuk turun lagi menuju pos Paltuding.

“Ternyata bener ya Kak, kalau mau liat sifat asli seseorang, ajak aja naik gunung.” celetuk Nada yang tengah mengekori keempatnya bersama Delvin yang masih setia menggengam tangannya.

“Si cewe beruntung banget, bisa dapet temen loyal kaya gitu.” balas Delvin setuju dengan pernyataan Nada. “Hati-hati, awas licin.” peringat nya juga.

Emang aneh ni Delvin, padahal dia yang di depan, dia yang liat jalan duluan dan yang mastiin supaya Nada ga kepleset.

Tapi ya gapapa, Nada mah demen demen aja Delvin over concern kaya gini. Nada berasa guci mewah yang takut sewaktu-waktu pecah, makanya harus extra di awasin.


“Hah sumpah??” tanya Haikal dengan heboh, begitu Nada menceritakan kejadian kalau dirinya tadi ikut menyelamatkan pasien Hipotermia.

Pasiennya mah sekarang udah di bawa turun, supaya dapet penanganan dari medis lebih lanjut dari puskesmas terdekat.

Dateng dateng kesembilan nya udah bingung, karena ngeliat Delvin sama Nada peluk pelukan. Maksudnya Nada yang meluk Delvin dari belakang.

Nada ga berniat gatel atau apapun kok disini, karena Nada sendiri menghindari kalau gantian Delvin yang kena Hipotermia karena jaket dia masih di bawa si pasien.

“Terus gimana?” tanya Haikal lebih lanjut.

“Yaa ga gimana gimana, abis itu kita turun ke pos Paltuding. Nah sampe disini ternyata udah ada petugas yang berjaga, akhirnya si embak embak tadi di bawa ke puskesmas deh. Selesai.” cerita Nada lagi.

Yang lainnya menganggukkan kepala mengerti, “Adek abang udah gede aja ya.” ucap Candra bangga, sembari mengusap kepala Delvin lembut. “Udah bisa kalau di suruh menghadapi pasien secara langsung.” sambungnya lagi.

Gila deh, siapa sih yang ga seneng di puji kaya gitu. Yang bisa Nada lihat sekarang, pipi Delvin lagi bersemu merah setelah mendengar pujian Candra.

“Langsung balik aja nih sekarang?” tanya Jonathan meminta persetujuan. Yang lainnya hanya mengangguk menyetujui.

“Gimana Nad? Seneng ga hari ini.” tanya Jeffrey menuntun Nada untuk masuk ke mobil. Mulus bener siasatnya Jeff buat bikin Nada naik mobil bareng dia.

Nada menganggukan kepala antusias, “Banget! Banyak pelajaran yang gue dapat dari pendakian kali ini. Gue juga jadi lebih deket sama Hermas. Belom lagi gue liat Kak Delvin yang keren banget selamatin orang kena Hipotermia, dan buat gue makin yakin buat ngambil fakultas kedokteran nanti.” jawab Nada panjang lebar.

Yudha nyengir doang liatin Nada ngoceh, punya adik cewe ternyata ga melelahkan yang teman temannya ceritakan. Nada justru bikin kebahagiaan diantara keluarganya yang lain.

Bahkan Hermas yang jarang senyum aja, dari tadi ketawa kecil liat Nada kena jahil Haikal. People come and go, tapi Yudha selalu percaya ada alasan di balik itu semua.