Second Meeting

Keira makin pening waktu di tinggal Adit buat masuk ke dalam kelas rapatnya lagi. Jadi Adit ini mahasiswa jurusan Sistem Informasi, siapa yang sangka kalau pada akhirnya Keira ketemu lagi sama golongan Anan, Haikal, dan Hermas disini.

Gatau cuma perasaan Keira doang, atau gimana. Tapi setelah dia ketemu Anan dan kawan-kawan kenapa rasanya dunia Keira terus terusan berpusat sama mereka sih?

Pusing banget, mau kesana kesini ketemu mereka mulu. Ini ga di sengaja kan? Kok semangat bener bikin hari Keira rusak.

“Kak Adit itu kakak lo?” tanya Hermas membuka pembicaraan, karena suasana sudah mulai canggung.

Keira menganggukkan kepalanya tanpa ada niatan untuk menjawab pertanyaan Hermas. “Kalian ngapain disini?” tanya Keira kemudian, ga enak juga dia karena atmosfer di sekitar mereka jadi kaku.

KEIRA PALING GA TAHAN KALAU DIA GA LELUASA BUAT BERGERAK. Makanya sebisa mungkin, walaupun masih kesel karena insiden kemarin si Keira berusaha untuk memperbaiki suasana.

“Gue jemput Hermas, karena dia saudara gue.” jelas Haikal, “ternyata Hermas sama kakak lo satu fakultas. Kebetulan banget ya ternyata.”

Keira kembali mengangguk, KENAPA KIKUK BANGET SIH WOY?? RASANYA DIA MAU NYERET ADIT BUAT CEPETAN BALIK DARI SINI.

Pada akhirnya Keira memilih berdiri dan berencana untuk pergi dari sana sebelum suasana tambah ga enak.

“Mau kemana Kei?” tanya Haikal menyadari.

“Gue mau ke kantin aja, laper nungguin kakak gue.” jelas Keira.

“Gue ikut.”

“Hah?”

“Lo gatau kan kantinnya sebelah mana?”

“Kesini kali.”

“Bukan sebelah situ tapi di sini, pintunya salah.” ujar Haikal sembari menunjuk pintu keluar satunya.

“Halah, kaya lo pernah ngelakuin hal yang bener aja.”

Keira diem sebentar, sadar apa yang barusan dia ucapin. Haikal ikut diem,

Hermas dan Anan yang dari tadi dengerin perdebatan mereka berdua juga ikut diem.

LAGIAN KENAPA ASAL NYEPLOS KAGA LIAT SIKON SIH KEI?? KESEL BENER GUE NULISNYA.

“Maaf.” ucap Keira kemudian. “Ayo Kal kalau mau ke kantin bareng.” sambungnya kemudian dan berjalan lebih dulu ke pintu yang sudah di tunjuk Haikal tadi. MALU BANGET BUSET.


“Kalian udah temenan dari kapan?” tanya Keira pada Haikal. Gatau sejak kapan, tiba-tiba udah akrab aja ni anak berdua.

“Gue sama anak-anak yang lain udah satu angkatan dari SMA sih. Syukurnya, semua anak yang ada di circle gue memilih buat masuk ke kampus ini juga. Kalau lo sama Hansa, Jisel, temenan sejak kapan? Bukannya Jisel anak perantauan ya?”

Keira mengerutkan keningnya bingung, ini Haikal kok bisa tau Jisel anak perantauan dari siapa buset?

“Kita baru kenal karena kuliah ini. Gue ga ada temen waktu SMP dan SMA, karena kata keluarga gue yang lain, gue memilih buat home schooling.”

Introvert?”

“Lo ngeliat gue gimana?”

“Gatau, kan ini baru pertama kali kita ngomong sampe panjang lebar gini. Tapi dari pandangan gue, lo bukan introvert sih.”

Keira mengangguk paham, banyak yang mengira Keira introvert karena ia jarang berbaur dengan yang lain. Padahal di kenyataannya kaga sama sekali anjir, dia tuh temennya banyak, bertebaran di mana-mana. Cuma di mana-mana nya nggak kelihatan, ada yang temen di Jakarta, ada yang di Lampung, ada yang di Korea, ada yang di Amerika.Kaya nya temennya Keira tuh kalau di kumpulin bakalan bisa buat negara baru.

“Eh tapi bentar Kei,” kata Haikal kemudian menyadari sesuatu. “Maksud kalimat lo kata keluarga gue tadi gimana? Kok ambigu gitu sih?”

“Hah?”

“Lo tadi bilang, kata keluarga gue, gue emang lebih memilih home schooling. Kenapa harus kata keluarga gue? Kenapa ga bilang aja, karena gue lebih memilih home schooling?”

“Ohh, itu soalnya gue kehilangan ingatan gue dari umur enam belas tahun sampe kebawah. Jadi selama ini gue cuma bertahan di ingatan gue umur enam belas tahun sampai sekarang.”

“LO PERNAH HILANG INGATAN? FOR REAL??!

Keira mengedip takut, kenapa Haikal yang di depannya ini berubah jadi agresif setelah mendengar kalau ia pernah hilang ingatan. “Ya iya.... Emang kenapa sih?”

“IH ANJING, INI BARU PERTAMA KALINYA GUE LIAT SECARA LANGSUNG ORANG YANG PERNAH HILANG INGATAN!!!”

Keira tertawa melihat respon Haikal yang menggebu-gebu. “Apaan sih Kal, random banget lu jadi orang.” ucapnya di sela tawa.

“Tapi serius, ini kali pertama gue ngelihat orang yang hilang ingatan. Kalau boleh tau, lo hilang ingatan karena apa??” tanya Haikal lebih lanjut.

“Keira, ayo pulang.” sela Adit yang ternyata sedari tadi diam-diam mendengarkan percakapan antara Keira dan Haikal tak jauh dari tempat keduanya berbincang.

“Eh Kak Adit, ayokk!” ucap Keira senang. “Gue balik duluan ya Kal, chat disini aja kalau mau ngobrol.” sambungnya sembari memberikan secarik kertas berisikan nomor ponselnya dan berlalu dari sana dengan Adit.

“Kinda sus....”