Situasi
Kinara tidak pernah mengerti, dengan semua hal yang terjadi dalam hidup nya. Semua terlalu absurd untuk dirinya telaah dan pahami.
Seperti siang hari ini, out of nowhere mama nya sudah berada di sekolah menjemputnya. Entah apa yang Eja katakan pada guru pengurus UKS, hingga dirinya di perbolehkan pulang lebih dulu dan pergi bersama mama nya.
Mama nya yang kini tengah berbicara dengan guru UKS, berdiskusi dengan serius sembari sesekali meliriknya.
Kinara penasaran, itu tercetak dengan jelas dari raut wajahnya yang ingin tahu. Sakit pada kaki nya sudah menghilang, di gantikan dengan rasa pusing ringan yang melanda kepala bagian kiri nya. Kinara tidak pernah ingat, kalau dia memiliki riwayat migrain.
“Tas kamu sedang di ambilkan teman kamu yang laki-laki tadi ya. Hari ini cukup izin pulang dan istirahat saja.” Pesan bu Rina, guru UKS. Kinara tidak ada pilihan lain selain mengangguk, dan duduk dengan tenang di samping mama nya.
Dari kejauhan, dirinya bisa melihat tiga orang yang tengah ia hindari sedari pagi berjalan dengan tergesa menuju UKS.
“Mama kok ga ngabarin kakak kalau mau ke sekolah?” Tanya Harsha langsung begitu dirinya memasuki UKS, dan mengambil posisi di samping kanan Kinara.
Mama tersenyum tipis, “mama ke sini juga dadakan kak, cuma mau jemput adek nya aja.”
Nabil meneliti keadaan Kinara dari bawah ke atas, “apa nya sih yang sakit? Orang keliatan sehat aja.” Cibir nya.
Kinara hanya diam, tidak berniat menanggapi ucapan Nabil. Dirinya sudah lelah untuk bersusah payah menutup hati nya, dan tidak mendengarkan segala ucapan Nabil yang mungkin akan menyakiti hatinya lagi.
“Apasih kak Nabil, kok ngomong nya kaya gitu.” Tegur mama, sembari menatap Nabil intense.
“Ya abis orang sakit kaya ga sakit.”
Tak lama kemudian, Gale yang ternyata datang membawa tas dan juga jaket Kinara yang memang telah dirinya siapkan untuk di bawa pulang.
Eja kemana? Gale bilang anaknya tengah menikmati makan istirahat di kantin bersama Acel. Memang untuk mereka berdua tidak bisa di ganggu gugat.
“Mama pulang dulu ya kak, sekolah dan belajar yang bener.” Pesan mama pada ketiganya kemudian, sebelum menggandeng tangan Kinara untuk pergi dari sana.
“Masih sakit dek kaki nya?” Tanya mama sembari masih terfokus untuk menyetir mobil, membelah jalanan yang cukup sepi di depan nya.
“Enggak sakit ma, sekarang ganti pusing setengah di Kinara.” Jawab Kinara jujur. Dirinya tidak ingin menyembunyikan rasa sakit nya lebih lama, karena ia juga ingin mendapatkan pengobatan yang benar supaya rasa sakit nya berkurang.
“Kamu tadi muntah dek? Bu Rina bilang kamu katanya sempat muntah.” Tanya mama kembali.
Kinara menoleh sekilas, “muntah nya juga karena mual belom makan. Gapapa kok ma, sekarang udah ga mual lagi.” jelas Kinara kemudian.
Sebenernya iya, tadi Kinara sempat muntah saat berada di UKS. Eja yang lagi enak tidur, langsung kebangun karena dengar suara Kinara mual. Akhirnya dirinya berpindah tempat ke kelas, bukan karena jijik. Tapi Eja tahu, bahwa Kinara perlu mendapatkan tempat yang lebih nyaman ketika merasa sakit.
“Kita langsung ke rumah sakit aja ya sekarang, banyak hal yang di bilang sama bu Rina, bikin mama ga tenang.”
“Emang bu Rina ngomong apa ma?” tanya Kinara penasaran.
Mama menggeleng, enggan memberitahukan apa yang telah mereka bicarakan tadi.
“Bu Rina cuma bilang, kamu sakit dan perlu di rawat di rumah sakit.”
Kinara mengendikkan bahu nya acuh, “yaudah aku ikut aja kalau mama mau ke rumah sakit sekarang.”