Tentang Ingatan
Anan mengatur bantal yang berada di kamar tamu rumah Kayla. Ni anak tadi kaga balesin chatnya Kayla, dan langsung ke rumah Kayla tanpa kabar-kabar juga. Untung aja anaknya di rumah, kalau enggak gimana?
“Nan, kenapa?” tanya Kayla di depan pintu, melihat suasana hati Anan yang tengah tidak baik.
“Ga ada.” jawab Anan singkat.
“Mau makan?” tanya Kayla lagi masih belum menyerah.
“Nanti aja Kay, tinggal aja dah tidur sana.” sambungnya dengan dalih ingin menyendiri terlebih dahulu.
“Yaudah, kalau mau makan nanti panasin dulu ya sayurnya. Gue tinggal.” ujar Kayla kemudian, menyerah.
Anan menatap punggung Kayla sebentar, sebelum akhirnya Kayla menutup pintu kamar dan berlalu pergi.
Kalau bisa di bilang saat ini dirinya merasa bersalah, jujur aja iya. Dia ga terbiasa mencampakan ujaran orang lain apalagi ini Kayla, sepupu dia sendiri yang beneran deket sama dia.
Tapi kondisi hati dia saat ini beneran lagi kacau, dan dia butuh waktu sendiri untuk merenungi semuanya.
Ingatannya kembali pada percakapannya dengan Adelio dan Haikal yang menyinggung bahwa ada kemungkinan Keira itu Nada.
Jadi setelah Haikal sempat chat Anan, kalau saat ini Haikal udah berubah haluan dan memberi dirinya sendiri harapan.
Haikal cerita ke Anan, kalau dia saat ini lagi menyelidiki asal usul Keira. Ga ngerti lagi, yang lain mah menyelidiki kasus kriminal, atau mungkin sejarah. Eh ini malah menyelidiki identitas seseorang.
Haikal cerita ke Anan, kalau pendirian dia sempat goyah karena Haikal tau kalau Keira ga punya masa lalu yang pasti.
Haikal cerita, kalau Keira kasih tau dia, selama ini Keira hanya hidup bergantung dengan ingatan nya saat berumur tujuh belas tahun, hingga sekarang.
Belum lagi Haikal juga membeberkan konspirasi dia, kalau memang selama ini Keira tinggal di Malang bersama mereka, segede gedenya Malang, kok bisa mereka ga pernah ketemu satu kali pun walaupun itu cuma sepintas.
Padahal kalau di lihat dari daerah dimana tempat Keira tinggal, jaraknya ga terlu jauh dengan tempat tinggal mereka semua. Kebetulan yang seharusnya terjadi, malah ga terjadi, dan itu adalah hal yang bikin aneh.
“Gue serius kali ini Nan, gue ga mau goyah lagi. Gue ada bareng Adelio, bahkan gue belom sempet ceritain ini ke Hermas loh.”
“Justru lo yang belum ceritain hal ini ke Hermas, itu yang bikin gue curiga. Maksud sebenarnya lo ngelakuin hal ini tuh apa?” sahut Anan cepat balik bertanya.
Haikal mengerutkan keningnya bingung. “Maksud gue ya karena gue pengen cari tau, Keira itu beneran Keira, atau sebenernya Nada.”
Anan menghela nafas nya lelah. “Dari awal gue tuh udah paling cape dengan segala kerandoman lo Kal. Lo yang pertama kali bilang jangan menaruh harapan, terus tiba-tiba lo bilang ada kemungkinan. Tapi kemudian lo balik menyangkal lagi, dan sekarang lo naruh harapan lagi? Gue ga paham dengan segala tindakan impusif lo, sampai kali ini nyeret Adelio juga ke dalamnya. Kal, sebelum lo melakukan ini semua, ada baiknya lo renungi lebih dalam dulu, apa sih yang sebenernya mau lo lakuin? Apa semata mata karena lo rasa ini penting bagi lo? Atau gimana?”
Haikal terdiam, Adelio yang berada di belakangnya juga terdiam. “Tapi Nan, setidaknya gue mau mencoba. Harapan gue besar karena banyak hal janggal di Keira. Kalau sedari awal Keira ga memiliki kejanggalan apapun, gue ga mungkin bertindak implusif kaya gini. Lo gamau sekali ini aja percaya gue lagi?”
Anan berbalik badan dan meninggalkan keduanya untuk kembali ke tempat sahabatnya yang lain menunggu.
“Gue bukannya ga mau percaya Kal. Gue cuma takut akan hasilnya nanti.” ucap Anan bermonolog setelah sedari tadi hanya terdiam memikirkan kembali percakapan mereka tadi.
“Ada perbedaan antara lupa, dan nggak ingat sama seperti yang lo teorikan. Dan keduanya jelas-jelas beda. Tidak ingat berarti kondisi dimana lo gak sempat mengkode hasil presepsi, sehingga ga ada jejak-jejak yang tersimpan di ingatan. Jika memang Keira itu Nada, artinya dia seseorang yang pernah mengingat di masa lalu, dan di kemudian hari dia tidak bisa memunculkan apa yang pernah di ingatnya, kecuali dengan beberapa presepsi yang mungkin bisa memancing ingatan dia lagi.”
“Tapi dari sekian banyaknya presepsi yang muncul di hadapan Keira yang lo fikir adalah Nada, ada lo sendiri sebagai saudara tirinya, belum lagi Hermas, dan anak anak yang lain, yang punya kenangan dengan Nada. Dan juga gue. Kenapa dari banyaknya presepsi itu, Kiera ga mengingat kenangan kita semua satu pun? Jawabannya pasti, yaitu Keira gak ingat karena dia ga pernah punya ingatan tentang itu.”
Anan mengumam, “Keira bukan Nada, Kal. Ingatan selalu punya objek dalam kenyataan. Dan di kenyataannya, Keira ga punya ingatan apapun tentang kita, maka dari itu dia bukan Nada.”