The Rain

Arzhan hanya dapat menyaksikan saudara kembarnya memoles kuku adik bungsu nya dengan hati-hati. Baru kali ini Arzhan mengetahui bahwa saudara kembarnya itu memiliki keahlian seperti itu.

“Masih kurang rapi nggak Ra?” tanya Arsha kemudian, setelah memoles jari terakhir.

Kinara tersenyum kecil, dirinya menghargai apa yang Arsha usahakan walaupun hasil nya belum maksimal.

“Malah senyum, jelek ya??” tanya Arsha lagi.

Kinara menggeleng, “Ini udah bagus banget kak di percobaan pertama. Makasih kak Arsha, makasih kak Arzhan udah beliin juga.” ucap Kinara tulus.

Arsha mendadak salah tingkah setelah mendengar ucapan Terima kasih dari Kinara.

“Tolong ambilin sketchbook gue dong kak di meja samping lo.” pinta Kinara kepada Arzhan.

Segera setelah Arzhan menyerahkan sketchbook nya, dengan hati-hati Kinara membalik halaman sketchbook itu.

“Gue balik dulu ya.” Pamit Arsha. “Kalau nanti ada dokter check up kondisi udah oke, lo kabarin mama aja. Berarti besok Kinara pulang.” Sambungnya kemudian.

“Eh kak Arsha, tunggu dulu.” cegah Kinara. Dengan segera Kinara langsung memberikan sketchbook yang Arsha kenali adalah gambar dirinya. “Sobek dong kak, ini bayaran karena udah kutekin kuku gue.” ucap Kinara lagi.

Arsha terdiam membeku, ia tidak tahu harus merespon seperti apa.

“Kenapa? Jelek ya kak?” tanya Kinara begitu menyadari Arsha sudah terdiam begitu lama.

Arsha meletakkan sketchbook Kinara keatas meja nakas yang berada di samping ranjang, dan langsung memeluk Kinara yang terasa lebih kurus dari sebelumnya.

“Nggak ada hal jelek yang lo buat, Ra. Gue tuh udah bilang, lo disini istirahat aja, jangan ngapa ngapain. Ternyata lo bosen juga pada akhirnya. Makasih ya Ra, makasih udah jadi adik gue.”


“Kok cuma Arsha doang yang di gambarin?? Kan gue juga udah beliin kutek, masa ga di gambarin sih?” gerutu Arzhan sembari mendorong kursi roda Kinara.

Kok di kursi roda? Jadi ceritanya gini, tadi setelah Arsha pulang Arzhan berinisiatif untuk bawa Kinara keliling rumah sakit menggunakan kursi roda. Arzhan tahu betul, dia yang sehat dan bisa jalan kesana kemari aja bosen di rumah sakit, apalagi Kinara yang sakit dan cuma bisa duduk atau rebahan doang di kamar inap?

“Hahaha, nanti deh gue gambarin ya kak. Tapi gambaran gue ga sebagus itu, yakin gapapa?” tanya Kinara balik.

Arzhan menghentikan dorongan kursi roda nya tepat di depan taman rumah sakit. “Lo udah denger yang di bilang Arsha kan? Dan gue juga sependapat sama dia, ga ada hal jelek yang lo buat Ra. Apapun yang lo kasih ke kita, itu semua berharga se unik apapun bentuk nya.”

Kinara tersenyum lebar, dirinya sesenang itu hari ini. Kesenangannya makin bertambah begitu menyadari bahwa hujan mulai turun menemani sesi jalan jalan nya kali ini.

“Wah, gue kira udah kemarau. Ternyata masih hujan ya??” tanya Kinara antusias.

“Tau sendiri Ra, musim di Indonesia tuh ga menentu.”

Kinara menatap jauh air hujan yang turun dari atas. Sedekat apapun hubungan mereka, tentu saja Arzhan yang paling tahu sesuka apa Kinara pada hujan.

“Bukan tentang menunggu pelangi setelah hujan, tapi menari di tengah deras nya hujan kak.”

Seklebat ingatan Arzhan berputar ketika Kinara mengucapkan rentetan kalimat itu. Arzhan melirik Kinara yang hanya mampu menatap sendu hujan di depannya.

“Lo tunggu sini ya Ra. Gue ke kamar bentar.” ujar Arzhan kemudian, menarik rem pada kursi roda untuk menghindari Kinara tidak pergi kemanapun.

“Eh ngapain kak??” tanya Kinara bingung begitu Arzhan tergesa-gesa berlari menjauh.

Tiada berapa lama kemudian, Arzhan sudah kembali dengan membawa jaket tebal milik Kinara lengkap dengan payung warna kuning kesayangan Kinara yang memang selalu ada di dalam mobil Arzhan.

Dengan perlahan Arzhan memakaikan jaket Kinara, memastikan bahwa adiknya cukup hangat untuk ia bawa bersenang-senang di bawah guyuran hujan.

“Kak? Lo ga bermaksud buat hujan hujanan kan habis ini?” tanya Kinara cepat, begitu Arzhan menarik rem pada kursi roda dan mendorong kursi roda untuk turun dari paviliun rumah sakit.

“Kenapa? Ga suka nih??”

“Suka sih, tapi kan payungnya cuma satu emang cukup?”

“Cukup lah kalau buat lo doang kaya gini.” ujar Arzhan kemudian memayungi seluruh tubuh Kinara dan membiarkan tubuhnya sendiri terguyur hujan.

“Kak?? Kok jadi lo yang hujan hujanan??” tanya Kinara terkejut.

“Lo pernah bilang kan, suka lo akan hujan itu bukan menunggu pelangi yang datang, tapi menari ditengah hujan. Lo sekarang gabisa nari di tengah hujan karena keadaan yang ga memungkinkan, jadi biar gue aja yang menari di tengah hujan.” ujar Arzhan kemudian, dan menyerahkan seluruh payung kepada Kinara.

Arzhan berlari ke tengah hujan dan menari dengan acak, membuat Kinara tertawa terpingkal.

Kinara selalu menegaskan pada diri nya sendiri, kalau ia iri dengan gelembung, balon, pesawat kertas, dan bunga dandelion.

Kenapa?

Karena mereka bisa terbang dengan bebas, sedangkan Kinara punya beberapa aturan yang tidak bisa ia lompati untuk mencapai hal itu. Tapi melihat Arzhan yang bahkan rela mengorbankan dirinya sendiri untuk terbang dengan bebas, kehangatan dalam hati Kinara kembali secara perlahan.

Yang mencintaimu akan melakukan apapun untuk menjaga mu, dan yang mengerti dirimu akan melakukan semua yang dia bisa agar bisa membahagiakanmu.