The Secret Has Been Uncovered (pt.1)

“It's been a long time...” ucap Mark memulai pembicaraan.

FLASHBACK

“Mau tau nggak, aku punya cara supaya kamu bisa lebih rileks.” ucap Mark berusaha menghibur hati Jevanka.

“How??” tanya Jevanka sembari tersenyum sumbang, dirinya sudah terlalu lelah dengan semua ini.

“Not in here, first ayo kita keluar dulu.” ucap Mark lagi sembari menggandeng tangan Jevanka untuk keluar dari kamarnya. “Kita izin dulu ke kak Dean, baru pergi. Okay??” lanjutnya lagi dan berjalan menuju lantai bawah.

“Kemana??” sahut Jevano dari seberang.

“Ngajak Jevanka keluar, dia butuh udara baru kayanya.” jawab Mark singkat. Jevano hanya mengangguk ragu, firasatnya tidak baik soal ini, tapi dirinya juga tidak bisa melarang karena Mark sendiri adalah kekasih saudara kembarnya itu.

“Kak, kita pergi keluar sebentar.” ucap Jevanka pelan, menepuk lengan kakaknya yang tengah sibuk itu.

“Eh dek, kemana??” tanya Dean bingung, dan serentak menghentikan pekerjaan nya.

“Hangout kak, sama gw. Tenang aja.” sahut Mark menimpali. Dean mengiyakan.

“Hati-hati Mark, jagain Jevanka bener-bener.” kata Dean lagi final.


“Sirkuit??” tanya Jevanka kebingungan.

Mark menatap Jevanka lembut, dengan otomatis tangannya mengusap kepala Jevanka dengan perlahan. “Ayo balapan sama aku, kamu harus lepas semua masalah kamu disini. Kamu suka balapan kan? Gimana kalo kita ubah metode balapan kamu dari senang-senang ke pereda stress.” ucap Mark panjang lebar.

“Shall we??” tanya Jevanka memastikan, otaknya masih bimbang. Peristiwa yang menimpanya akhir-akhir ini sangat mengusik emosi dan fikirannya. “Okay, let's get ready. But before starting all this, I want to say something kak.” lanjutnya lagi cepat.

Mark menoleh kebingungan, “apa? It's for rules or what??” katanya lagi.

“No, let's break up.” ucap Jevanka singkat dan berlalu menaiki mobil balap itu. Pergi meninggalkan Mark yang berdiri mematung, shock dengan apa yang barusan Jevanka katakan.

Seakan tersadar akan bahaya sesuatu, Mark bergegas memasuki mobil balapnya dan menyusul Jevanka yang telah meninggalkan dirinya sedari tadi dengan kecepatan tinggi.

Dirinya sadar, bahwa dirinya telah menciptakan peluang pada Jevanka untuk mengakhiri semua kegundahan yang dia rasakan.

Benar saja, dirinya baru memasuki jalur ketiga rute, dan Mark melihat mobil Jevanka sudah hancur dengan bagian depan menabrak pohon. Fikirannya kalut, dan dengan segera dirinya mengecek mobil yang telah berasap itu. Jevanka disana, duduk di kursi kemudi dengan kepala yang bersimbah darah.


“Aku ngerasa bertanggung jawab penuh atas apa yang Jevanka lalui Fir.” ucap Mark setelah bercerita panjang lebar, “karena aku yang ngajak dia buat lepas stress di sirkuit.” lanjutnya lagi pelan.

Shafira mengelus lengan Mark dengan pelan, berusaha bersimpati. “That's not your fault kak. Itu keputusan Jevanka sendiri buat nabrakin mobil dia ke pohon.” ucap Shafira berusaha menenangkan Mark. “Seberat apapun masalah dia, harusnya bunuh diri bukan jalan utamanya.” sambungnya.

Fikirannya bercabang, dengan apa yang Mark ceritakan dan kondisi Jevanka saat ini. “Abis itu gimana? Kakak langsung bawa Jevanka kerumah sakit??” tanya Shafira lagi, berusaha mencari tahu.

“Ya, kakak langsung bawa dia ke rumah sakit, dan menghubungi keluarga Jevanka.” jawab Mark pelan, “mungkin sama kaya yang kamu fikirin, semua langsung menuding kakak, karena memang kakak yang salah.” ucap Mark lagi menunduk, menyesal. “But something happened.”

“What??” tanya Shafira cepat, penasaran.

“Jevanka amnesia. Dia bahkan ga inget kalau dia putusin aku sebelum kecelakaan.” jawab Mark ragu-ragu, “Transient Global Amnesia, itu yang aku denger dari dokter yang menjelaskan keadaaan Jevanka waktu itu. Dia cuma lupa dengan kejadian tertentu, termasuk dia putus dari aku atau tentang Mamanya yang udah meninggal. Yang bikin dia stress berat.” sambung Mark panjang lebar.

Mata Shafira melotot lebar, seolah baru saja mendapatkan Jackpot. “Hah?? Mamanya Jevanka udah meninggal??” tanya Shafira kaget.

Mark mengernyit bingung, “lah kamu ga tau? Emang ga ada publish media kalo istri Bintara Davidson udah meninggal??” tanya Mark juga semakin bingung.

“I don't know, kakak tau sendiri kan? Setiap informasi di keluarga pengusaha besar pasti di tutupi.” jawab Shafira lagi, mengungkapkan hal ganjal.

Dengan segera Mark membuka ponselnya dan mengetikkan beberapa kalimat yang mungkin bisa mendukung kecurigaannya saat ini.

“So, ini beneran nyata?” ucap Mark lagi, bingung dengan keadaan.