Semua berkumpul di ruang rawat inap milik Kinara. Termasuk Bachtiar dan juga Rila yang ada disini. Kinara bahagia, karena mau bagaimanapun kebersamaan adalah hal ya menyenangkan.
“Kak Bachtiar sama Rila udah makan siang?” tanya Kinara kemudian membuka obrolan.
Bachtiar hanya tersenyum tipis, dan beranjak dari tempatnya duduk menuju ranjang pasien. “It was fully charged before it got here, birdie. Kinara kakinya gimana?” tanya Bachtiar kembali.
Kinara mengangguk, “Ga ada rasanya kak, cuma kebas doang.” jawabnya menenangkan.
Kemudian Kinara mengangkat kedua tangannya ke atas, membuat Bachtiar dan Arzhan yang ada di sampingnya kebingungan.
“Kenapa dek?” tanya Arzhan langsung.
“Kuku gue keliatan kucel ga sih kak?” tanya Kinara polos.
Arsha yang seolah menyadari hal itu, langsung menutup ponselnya dan berjalan mendekati Kinara. “Mau kakak kutekin Ra? Kakak bawa kuteknya loh sekarang.” ujar Arsha kemudian, dan mengambil sebotol kutek berwarna kuning yang memang ia simpan di saku celana.
Kinara tertawa kecil, “Boleh dong. Kutekin dong kak.” pinta Kinara.
Arsha tersenyum dan kemudian mengambil alih kursi Arzhan untuk ia duduki dan mulai mengambil tangan Kinara untuk ia pakaikan kutek.
“Gue pernah cerita ke kak Nabil, soal bintang Vega. Kalian tau nggak kalau gue tuh suka banget sama bintang Vega.” cerita Kinara sembari menunggu Arsha sembari memoles kutek.
“Bintang Vega di rasi Lyra?” tanya Raka langsung, karena ia juga lumayan suka dengan hal-hal yang berbau benda langit.
“Iya kak.”
“Kenapa lo suka bintang Vega, Ra?” tanya Arzhan kemudian.
“Karena selain rasi nya indah, bintang nya terang, ada kisah di baliknya yang juga menarik.”
“Lo ga cerita tentang kisah di balik nya Ra, sama gue.” protes Nabil.
“Ya soalnya waktu itu masih belum waktu yang tepat kak.”
“Terus emang sekarang waktu yang tepat?” tanya Arsha ikut menimpali.
“Iya, sekarang waktu yang tepat. Karena kalian semua kumpul disini.”
“Emang ada alasan kenapa kita semua harus kumpul disini ketika lo ceritain hal itu?” tanya Rila setelah terdiam sedari tadi. Semua mata tertuju pada Rila yang akhirnya berbicara juga.
“Ya iya dong. Gue capek kalau harus ceritain bolak balik. Mending sekalian kaya gini kan?” tanya Kinara balik. Rila hanya mengangguk kecil, dan kembali diam dalam duduknya.
“Jadi ceritanya gimana dek?” tanya Nabil kemudian.
Dikisahkan Vega adalah putri Raja Langit yang pandai menenun bernama Orihime yang jatuh cinta dengan Altair seorang penggembala sapi bernama Hikoboshi. Karena Hikoboshi merupakan penggembala yang rajin, sehingga Tentei sang Raja Langit memperbolehkan Hikoboshi untuk mempersunting putrinya. Selama mengarungi bahtera pernikahan Orihime dan Hikoboshi hidup bahagia, namun mereka menjadi lalai dengan pekerjaannya masing-masing, Orihime tidak lagi rajin menenun dan Hikoboshi tidak lagi rajin menggembala sapi.
Melihat kondisi ini Tentei menjadi murka dan memisahkan keduanya dengan sungai Amanogawa (bentangan galaksi Bimasakti/ Milky Way), dan keduanya menjadi sangat sedih. Raja langit hanya memperbolehkan keduanya bertemu setelah keduanya melaksanakan pekerjaannya masing-masing selama satu tahun. Mereka hanya boleh bertemu pada tanggal 7 di bulan ke-7 di setiap tahunnya, dengan bantuan burung-burung Kasasagi. Namun jika hujan turun pada tanggal tersebut sungai akan meluap dan dua sejoli ini tidak bisa bertemu.
“Ceritanya mirip Nawang Mulan ga sih?” tanya Arsha selesai Kinara bercerita tentang bintang Vega.
Kinara tertawa terpingkal, dalam. Beberapa hal dirinya harus mengakui bahwa analogi Arsha dalam mencocokkan segala sesuatu itu memang luar biasa.
“Iya kak, emang mirip sama Nawang Mulan. Tapi tau nggak apa bedanya Vega dan Altair dengan Nawang Mulan dan Jaka Tarub?” Ujar Kinara kemudian.
“Apa dek?” tanya Arzhan penasaran.
“Kalau Nawang Mulan dan Jaka Tarub mengajarkan sebuah kejujuran dalam setiap hubungan, sedangkan Vega dan Altair mengajarkan sebuah keikhlasan untuk tetap hidup berdampingan.” jelas Kinara kemudian. “Dan yang paling penting, orang yg pergi dengan amarah dia akan kembali kak, sedangkan orang yg pergi dengan senyum dia pasti tidak akan pernah kembali.”
“Nah udah selesai Ra!” sahut Arsha bersemangat, dan memperlihatkan kedua jari-jari tangan Kinara yang sudah ia kutek dengan rapi atas hasil kerja kerasnya.
“Gila keren bener lu bro!” ujar Arzhan tak kalah bersemangat, bangga melihat hasil kutek Arsha di tangan Kinara.
“Kok diem aja Ra? Gasuka?” tanya Nabil kemudian, menyadari kalau Kinara hanya terdiam menatap hasil kutek yang ada di jarinya.
Kinara menggeleng, “Bukannya ga suka sih kak, cuma gue merasa kalau warna kutek kuning udah ga cocok buat gue lagi.” ujar Kinara.
“What color do you want, birdie?”tanya Bachtiar kemudian, menengahi.
“Merah lucu ga sih kak? Gue pengen ganti kutek warna merah ih.” pinta Kinara, sedikit membujuk Arsha, membayar nya dengan senyuman manis.
“Lah terus mau di timpa warna kuning nya nih?” tanya Arsha tak habis pikir.
“Sekalian beli nail polish kak, kalau mau ganti warna.” ujar Rila memberi solusi. “Nail polish buat hapus kutek nya.”
Semua mata tertuju pada Arsha, pada akhirnya Arsha mengalah dan berdiri. “Yaudah iya, gue yang pergi keluar beli kutek. Ini ada yang mau nitip gak?” tanya Arsha kemudian, sebelum pergi. Karena tidak ada jawaban, pada akhirnya Nabil menyuruh Arsha untuk segera pergi karena mama dan papa akan segera datang setelah ini.
Walaupun terlihat tidak menyimak perbincangan seru antara saudaranya yang lain, tetapi dalam diam Arsha mendengarkan tiap bait terakhir kalimat yang Kinara ucapkan. Dan itu membuat Arsha sedikit gamang, karena ia merasa ada maksud tertentu dalam hal itu.
“Dan yang paling penting, orang yg pergi dengan amarah dia akan kembali kak, sedangkan orang yg pergi dengan senyum dia pasti tidak akan pernah kembali.”