Reveal The Truth
Rezef mengetuk pintu rumah mertuanya itu dengan resah, gatau dah mau ngomong apaan abis ini.
“Loh, Syal. Ini loh suami mu udah dateng.” ucap Bunda Syal setelah membuka pintu ruang tamu, dan mendapati Rezef di depannya. “Ayo masuk Rezef, bunda bikinin teh dulu ya.” ucap Bunda Syal lagi, dan berlalu menuju dapur.
Syal menuruni tangga lantai dua dengan perlahan, pikirannya masih melayang di percakapan terakhir dirinya dengan Jeremy tadi di chat.
Semalam dia memutuskan untuk menginap di rumah orang tuanya, dan berdalih dengan alasan kalau Rezef bekerja hingga larut dan dirinya takut berada di rumah baru mereka.
Tentu saja kedua orang tua Syal mempercayai hal itu, dan tidak menanyakan lebih lanjut selama Syal mengatakan bahwa dirinya sudah izin pada Rezef.
Sebenarnya yang terjadi adalah, dia mampir sebentar ke apartemen yang sempat mereka tinggali sebelum pindah ke rumah. Karena Syal hendak mengambil barang yang memang belum sempat ia bawa ke rumah mereka yang baru.
Tapi alih-alih mengambil barang dan pulang, justru Syal melihat adegan panas Jeremy dengan kekasihnya yang ia kira adalah Rezef. Pikiran Syal langsung melayang ke hal hal yang tidak masuk akal, tentang Rezef yang berselingkuh di belakang pernikahan mereka dan hal yang lain.
“Syal?” panggil Rezef yang sudah duduk manis di sofa ruang tamu. “Duduk samping gue sini.” sambungnya lagi sembari menepuk bagian sofa kosong.
Seakan terhipnotis, Syalsabila langsung berjalan menghampiri dan duduk dengan tenang di samping Rezef. Rezef mungkin sudah gila, tapi tidak melihat istrinya ini dalam satu malam saja, kerinduannya sudah sangat memuncak.
“Rezef mau makan?” tanya Bunda menghampiri keduanya yang tengah duduk bersanding bak pengantin baru. Ya kan emang pengantin baru?
“Gausah bun,” ucap Rezef menolak dengan halus, “masih kenyang, tadi makan di kantor.” ucapnya menjelaskan. Bunda hanya menganggukkan kepala, mengerti.
Dengan segera Bunda meninggalkan keduanya dan masuk ke dalam kamar. Gatau, tapi firasat Bunda mengatakan kalau Rezef dan Syal emang butuh waktu untuk berduaan.
“Syal, gue kangen.” ucap Rezef tiba-tiba dan memeluk Syal dari samping. Syal hanya terdiam merinding, ga biasanya Rezef clingy ke dia kaya gini. Karena hari-hari mereka di habiskan buat bersitegang entah karena hal sepele atau hal yang ga banget buat di debatin.
Syal hanya berdehem menanggapi perlakuan Rezef saat ini. “Beneran udah makan?” tanya Syal pada akhirnya, berusaha mengusir kecanggungan yang ada.
Rezef mengangkat kepalanya yang sedari tadi ia taruh di pundak Syal, untuk menatap wajah Syal saat ini. “Gatau, lupa.” jawab Rezef dengan singkat, dan kembali menyenderkan kepalanya di pundak Syal lagi.
'Mau bilang geli, tapi ga enak juga. Kayanya ni anak capek.'
Pada akhirnya Syal memutuskan untuk tidur lagi di rumah Bunda, karena ia juga melihat kondisi Rezef tengah tidak sehat. Setelah gelendotan ada satu jam, sampe tulang selangka Syal cape banget buat nopang kepala Rezef.
“Lo tuh kalo lagi ga sehat gausah kerja dulu kenapa sih??” Ucap Syal sembari merebut laptop Rezef, dan menutup nya kemudian menaruhnya di atas nakas.
Rezef hanya diam, tanpa ada niatan untuk membantah perintah istrinya. Cielah, istrinya gak tuh?
Sebenernya si Syal itu penasaran, mau nanya nanya Rezef tentang banyak hal. Setelah dia baca chat Jeremy yang panjang banget kaya CV lamaran kerja, dia jadi penasaran dengan segala hal tentang Rezef. Udah nikah ada tiga bulan, penasarannya baru sekarang. Emang ga ada otak ni pasutri gaje.
Syal mengikat rambutnya yang memang hanya sepundak itu, untuk memulai skincare routine nya sebelum tidur. Sedangkan Rezef hanya memperhatikan istrinya dari atas ranjang, tidak ada kegiatan yang lebih indah dari yang ia lakukan saat ini.
'Kunci dalam sebuah hubungan itu komunikasi dan kejujuran.'
Tiba-tiba Rezef teringat akan chat terakhir Jeremy tadi. Jujur saja, selama tiga bulan ini memang dirinya jarang sekali untuk berkomunikasi dengan Syal.
Bukan dirinya yang canggung, hanya saja ia mencocokkan dahulu keadaan Syal yang mungkin kaget karena tiba-tiba langsung di nikahin sama Rezef.
“Syal,” panggil Rezef pelan. Syal hanya berdeham menanggapi panggilan Rezef, sembari terus mengaplikasikan serum malam di wajahnya. “Gue ga punya pacar, gue ga pernah selingkuh, gue cuma cinta sama lo, baik dulu, sekarang, maupun seterusnya.” lanjut Rezef lagi. Usapan Syal di pipinya langsung berhenti, kaget mendengar penuturan Rezef.
'aduh anjir, gue deg deg an banget.'
“Mau denger cerita ga, gimana awal kali gue suka sama lo?” tanya Rezef lagi.
'Gue mau denger, tapi gue gamau salting.'
Tak mendapat respon Syal, Rezef meneruskan perkataannya. “Lo waktu kelas dua SMP pernah jatuh kan waktu naik pagar sekolah cuma buat beli telur gulung?” tanya Rezef pelan.
Syal langsung menolehkan kepalanya dengan cepat, mendekati Rezef yang masih tersenyum mengingat kejadian itu. “Hah? Kok lo tau?” tanya Syal bertubi-tubi, penasaran.
“Gue yang nolongin rok lo yang nyangkut.” jawab Rezef singkat, membuat pipi Syal semakin memerah. Malu lah anjir, kenapa first impression Rezef ke dia itu hal yang memalukan kaya gitu.
Syal menarik selimut hingga ke kepala, berusaha menutupi rasa malu yang saat ini sudah naik sampai ke ubun-ubun. “Gausah di lanjutin!” ucap Syal kesal, dia gamau denger kisah konyol yang lainnya.
“Jangan di tutupin ih mukanya.” ucap Rezef menarik selimut yang menutupi wajah Syal. “Skincare lo kan masih basah, baru di apply.” sambungnya lagi dan mengibas-ngibaskan telapak tangannya untuk memberikan angin pada wajah Syal.
“Itu emang cara yang anti mainstream buat seseorang untuk fall in love. Tapi dari hal itu, gatau kenapa gue jadi terpesona banget sama lo. Di mata gue, lo yang nekat nerobos pagar sekolah cuma buat telur gulung tuh beneran effort yang besar banget. I had crush on you sejak saat itu. Apapun yang lo lakuin, di mata gue keren banget. Gue selalu liatin gerak gerik lo, bahkan gue rela masuk ke SMA yang sama kaya lo, cuma sekedar buat bisa terus liat lo dari jauh.” ucap Rezef panjang lebar, Syal yang mendengarkan perkataan Rezef sedari tadi hanya bisa terdiam. “Gue emang pengecut banget, gue ga pernah satu kali pun bergerak maju untuk sekedar menyapa atau ngajak kenalan lo. Gue cuma sibuk menimbang ini dan itu di dalam pikiran gue. Gue ga mau bikin lo ga nyaman dengan kehadiran gue, padahal gue belom pernah mencoba. Sampai akhirnya gue tau kalo lo kuliah di luar negri. Saat itu, gue cuma bisa menyesali tahun-tahun dimana gue cuma bisa bungkam dan lihat lo dari jauh. Bener kata orang mencintai dalam diam itu cuma bikin lo sekarat. Tapi setelah gue pikir lagi, justru mencintai dalam diam itu adalah satu-satunya cara gue buat mencintai lo Syal.” sambungnya panjang lebar.
Tanpa di sadari, Syal yang sedari tadi mendengarkan ucapan Rezef meneteskan air matanya. “KOK LO NANGIS SIH SYAL???” ucap Rezef panik, “ADUH SKINCARE NYA SAYANG BANGET, LUNTUR KENA AIR MATA LO!” sambungnya lagi heboh.
Syal tertawa di balik tangisnya, “Gue cuma terharu dengan segala hal yang lo lakukan buat mempertahankan gue di hidup lo. Gue awalnya beneran nentang pernikahan ini, gue cuma agak kaget aja, kenapa balik kuliah dari luar negri langsung di jodohin. Siapa yang ga bingung? Siapa yang ga kaget? Tapi gue lihat dari cara lo yang selama ini cuma bisa mencintai gue dalam diam, I think beberapa perasaan dongkol gue tentang komitmen ini kurang etis kalau di bandingkan dengan perjuangan lo selama ini.” kata Syal menjelaskan panjang lebar.
Rezef tersenyum sembari mengusap air mata Syal, dan menepukkannya dengan lembut ke pipi Syal. “Ga ada yang perlu lo sesali, lo gapernah di jodohin. Gue yang datang melamar lo, karena udah cukup bagi gue untuk jadi pengecut. Maaf banget, kalau selama ini gue justru cuma diam dan menjadikan semua salah paham buat lo.” jawab Rezef mencoba menenangkan hati Syal.
Untuk kali pertama dalam tiga bulan pernikahan mereka, Syal memeluk Rezef dengan erat. Rezef terdiam mematung, berulang kali terkejut dengan perlakuan Syal kali ini.
“i don't wanna lose you, makasih Rezef, makasih udah mau datang dan perjuangin gue.” ucap Syal dengan tulus.